top of page

TANGIS BAYI DI TENGAH MALAM (Baby’s Cry In The Night)

Updated: Dec 24, 2019

Malam itu gemerlap kota begitu menggoda. Orang sibuk mencari hiburan, rekreasi, bersantai-ria setelah seharian penuh bekerja banting-tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga. Hidup di kota besar Metropolitan memang penuh saingan dan kompetisi. Bahkan dalam menghambur-hamburkan uang dan kekayaan pun mereka saingan. Berhala-berhala modern dijadikan patokan keberhasilan seseorang, kalau tidak kaya [apapun caranya] maka seseorang belumlah berhasil.

Di tengah hingar-bingar gemerlapnya kota, keramaian ditempat-tempat hiburan dan rekreasi, muncul pasangan muda tertatih-tatih dan letih memasuki kota. Pasangan ini datang dari luar kota. Yang wanita tampak hamil tua dan butuh tempat untuk istirahat. Yang pria dengan tekun dan sabar serta penuh kasih-sayang membimbingnya mencari penginapan.

Beberapa rumah warga yang didatangi menolak. Mereka tidak mau ketempatan orang yang sedang hamil tua karena kalau tiba-tiba melahirkan bisa merepotkan satu rumah. Ada pula yang menolak lantaran tidak mau terima orang miskin berpakaian lusuh. Mereka menolaknya bahkan mengusir dan menyuruhnya tidur saja di emperan toko atau kolong-kolong jembatan.

Hal yang tidak manusiawi terjadi dalam kehidupan ini, orang mulai bicara dengan ego-nya, orang tidak mempunyai hati dan perasaan. Sejauh tidak menguntungkan akan ditolak, apalagi jika hanya akan mendatangkan masalah.

Demikianlah yang terjadi. Malam itu, saat semua orang tertidur lelap, jalan-jalan mulai sepi, waktu menjelang dinihari, dingin dan senyap. Ada tangis bayi merobek kegelapan malam. Tempatnya di kolong jembatan jalan layang. Tak ada yang peduli, tidak ada yang datang, bayi itu lahir di gubuk seorang pemulung barang bekas dan tertidur di atas tumpukan kardus berselimutkan kain seadanya.


Para pemulung yang ada di sekitar berdatangan. Menyumbangkan apa yang bisa mereka berikan. Mereka berkerumun menghangatkan suasana gubuk,orang-orang yang miskin harta tetapi tidak miskin hati,dengan penuh sukacita menyambut bayi mungil itu, sementara di atas jembatang jalan layang sesekali mobil mewah melintas tanpa mau peduli.


Andai saja kita melintasi tempat itu, adakah kita mau

peduli.

 

Penulis :

C. Ispriyono K

31 views0 comments

Recent Posts

See All

Edisi: XIII / 2020 / HARI MINGGU PRAPASKAH V

KEMATIAN (BENCANA) REALITAS YANG TIDAK BISA DITOLAK Wabah Corona, menggemparkan dunia. Awalnya bermula dari Wuhan, China. Lalu sekarang ia menyebar dan mewabah ke seluruh dunia. Indonesia juga termasu

bottom of page