KEMATIAN (BENCANA) REALITAS YANG TIDAK BISA DITOLAK
Wabah Corona, menggemparkan dunia. Awalnya bermula dari Wuhan, China. Lalu sekarang ia menyebar dan mewabah ke seluruh dunia. Indonesia juga termasuk negara yang sebulan terakhir menjadi momok berita yang menggemparkan, menakutkan dan membuat orang harap-harap cemas. Orang takut karena semacam dihadapkan dengan bayangan kematian yang begitu nyata di depan mata. Ditambah lagi karena susahnya mendapat kebutuhan dasar untuk melindungi diri dari Covid 19 seperti masker, hand sanitizer dan Alat Pelindung Diri untuk menangani kalau ada orang yang sudah positif terpapar virus corona. Dari peristiwa pandemi ini mengingatkan kita, bahwa 1) sehebat apa pun manusia, ia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Ia membutuhkan campur tangan ilahi dan sesama. 2) Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Ia membutuhkan sesama. Untuk memutus mata rantai penyebaran corona orang harus bekerjasama dan mematuhi keputusan bersama untuk mencegah dan menghambat penyebaran covid 19 yang begitu cepat. 3) Manusia harus tunduk pada aturan. Artinya ia harus mematuhi dan menjalankan aturan dengan bertanggungjawab. Pencegahan dan pemutusan penyebaran Covid 19 harus menjadi gerakan bersama. Setiap orang harus terlibat di dalam proses itu.
Covid 19 membongkar semua kemapanan lama: ritus, tempat ibadat bahkan tata pelayanan pastoral. Di hadapan keganasan Covid 19 tata kehidupan spiritual, sosial dan individu harus diperbaharui dan dievaluasi. Bencana ini mengundang kita untuk semakin rendah hati melihat “kekecilan” kita di hadapan Penguasa Alam Semesta yang maha Agung dan Dasyat. Mari kita selalu datang kepadaNya dan memohon, semoga Covid 19 segera berlalu. Kita semua kembali menjalankan kehidupan normal dengan terus membaharui diri seperti Yehezkiel menyemangati orang Israel dan juga Yesus yang menghibur Maria dan Marta dengan membangkitkan Lazarus dari kuburnya. Tuhan Yesus akan mengakhiri semua bencana dan penyakit yang kita alami. Mari kita merubah diri dan membiarkan Tuhan Yesus memimpin hidup kita.
Salam sejahtera,
Rm. Gregorius Sasar Harapan, SVD
Comments