top of page

RAYAKAN, DALAMI DAN SEBARKAN SABDA ALLAH

(Motu Proprio Aperuit Illis Paus Fransiskus )

Yesaya 8:23b-9:3, 1Korintus 1:10-17, Matius 4:12 -23 (12-17)

Minggu Biasa 3 A/II 2020


Paus Fransiskus pada tanggal 30 September 2019, melalui Motu proprio (atas inisiatifnya sendiri) “Aperuit Illis” telah menetapkan Hari Minggu Biasa Ketiga sebagai “Minggu Sabda Allah”. Hari khusus yang diperuntukkan bagi “perayaan, pendalaman dan penyebaran Sabda Allah”. Tujuan terjauhnya agar semua orang kembali mencintai Kitab Suci (KS), membacanya sebagai sumber inspirasi dan bekal hidup setiap hari. KS harus menjadi makanan jiwa, pengairah jasmani dan kekuatan dalam ziarah hidup. Karena dalam kenyatannya Alkitab adalah buku yang paling banyak didistribusi / dibeli, tetapi paling sedikit dibaca, tersimpan rapi di rak buku dan bahkan buku yang penuh debu.


Dengan Surat apostolic Aperuit Illis; Paus “mengundang kita untuk memegang KS di tangan kita setiap hari sebanyak mungkin sehingga itu menjadi doa kita”. Membaca KS adalah sebuah doa. Kita mau bersahabat dan intim dengan KS. Kita mau hidup sesuai dengan inspirasi KS.


Surat Apostolik “Aperuit Illis” itu diterbitkan pada hari pesta Santo Hieronimus, yang menerjemahkan sebagian besar teks KS ke dalam Bahasa Latin. Ungkapan terkenalnya “tidak mengenal KS berarti tidak mengenal Kristus”. Aperuit Illis (ketika itu terbukalah pikiran mereka) didasarkan pada teks Lukas 24:45 “lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti KS”. Paus mengatakan tidak mungkin untuk memahami KS secara mendalam tanpa Tuhan yang membuka pikiran orang akan firmanNya, namun “tanpa KS, peristiwa-peristiwa misi Yesus dan gerejaNya di dunia ini akan tetap tidak dapat dipahami”.


Kembali ke konteks hari ini. Daerah Galilea khususnya di daerah Zebulon dan Naftali adalah sebuah daerah kafir, yang diliputi kegelapan dan maut. Daerah ini tidak diperhitungkan dalam kancah sosial waktu itu. Tetapi kemudian Yesaya dalam nubuatnya memainkan peranan penting untuk karya misi Yesus. Galilea (Zebulon dan Naftali) menjadi tempat awal misi Yesus. Tempat Dia memilih para murid, mengajar serta melakukan banyak mukjisat. Awalnya Galilea adalah sebuah tempat yang tidak diperhitungkan kemudian menjadi tempat yang penting dalam karya keselamatan. Galilea menjadi simbol kegembiraan dan sukacita karena menjadi tempat di mana Allah menyatakan karya agungNya melalui Yesus Kristus PuteraNya.


Yesus adalah tokoh perubahan. Ia membawa perubahan melalui kata dan tindakan. Ia menghidupi apa yang Dia ajarkan. Ia mengajarkan apa yang Dia hidupi. Ia mengawali perubahan dengan mendekati orang-orang yang tidak beruntung nasibnya, orang miskin serta mereka yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat / tatanan sosial. Yesus adalah tokoh perdamaian. Ia menyatukan orang yang tercerai-berai. Ia meneguhkan orang yang tak berpengharapan. Ia membantu orang yang sangat membutuhkan pertolongan dalam hidup. Ia ada untuk orang lain. Ia menyerahkan diriNya tanpa pamrih demi keselamatan umat manusia.

Apa yang Yesus mulai di Galilea, hasilnya sangat menakjubkan. Ia memulai misiNya di depan umum di sana. Ia memilih para murid dan mengutus mereka pergi berdua-dua untuk mewartakan Injil. Setelah kebangkitan mereka disuruh pergi ke Galilea untuk menyaksikan Yesus yang bangkit. Karena itu Galilea menjadi simbol kegembiraan, harapan dan hidup baru.


Kesaksian Yesaya

Bangsa yang berjalan dalam kegelapan dan yang diam di negeri kekelaman; telah melihat terang, menimbulkan sukacita dan sorak-sorai (bdk Yes 8: 23b -9:3). Kalau kita memberi diri untuk dijamah oleh kasih Tuhan pasti akan ada perubahan, ada damai dan sukacita. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya, kalau kita terbuka untuk digunakan Tuhan sesuai dengan kehendakNya. Tuhan adalah penyebab utama untuk kita berubah. Yang dibutuhkan dari pihak manusia adalah kerinduan untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang. Kerinduan itulah yang memungkinkan kita untuk terbuka dan menyerahkan diri secara utuh kepada Allah. Tuhan ubahlah diriku, untuk menjadi seperti kehendakMu.


Penegasan Paulus

“Hendaklah kamu seia sekata dan menghindari perpecahan” ( bdk 1Kor 1:10-17). Paulus mendirikan salah satu gereja yang pertama di Korintus. Sejak awal benih perpecahan tercium di tempat ini. Mereka mempermasalahkan tentang baptisan yang mereka terima serta menjadi pengikut siapa? Ada kelompok yang mempertentangkan siapa yang paling baik dalam komunitas itu. Ada yang menyebut dirinya pengikut Paulus, Apolos, Kefas dan Kristus. Orang terbagi-bagi dalam kesempitan kelompok. Ada yang mengklaim dirinya lebih baik dari yang lain. Kalau hal seperti ini yang terjadi, maka perpecahan tak terhindarkan lagi. Karena itu, Paulus kembali meletakan dasar kesatuan yang kokoh dengan mengingatkan bahwa Yesus itu tidak terbagi-bagi. Semua yang menerima pembaptisan dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu dalam Kristus.


Catatan Matius Rasul

Yesus menetap di Kapernaum memenuhi nubuat Yesaya. Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap, Yesus ke Galilea di daerah Zebulon dan Naftali (daerah kafir, diliputi dengan kegelapan dan maut). Di tempat ini, Yesus mewartakan “bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat”. Yesus menyusuri danau Galilea, Ia memanggil Andreas dan Simon, yang sedang membereskan jala, karena mereka adalah penjala ikan. Yesus memanggil mereka “mari ikutilah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”. Mereka meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus. Hal yang sama juga terjadi dengan Yakobus dan Yohanes putera Zebedeus, mereka di panggil untuk mengikuti Yesus. Mereka segera meninggalkan ayah, perahu dan jala mereka lalu mengikuti Yesus ( bdk Mat 4:12-23)


Pilihan mengikuti Yesus adalah sebuah keputusan bebas, keputusan pribadi dan bertanggungjawab. Pilihan yang dibuat itu harus sepontan keluar dari sebuah kesadaran rohani dan juga pertimbangan rational.


Saat para murid dipanggil oleh Yesus, mereka mendengarkan panggilan itu lalu mengikutinya. Ada aksi dan reaksi. Aksi Yesus yaitu memanggil dan reaksi para murid yaitu mendengarkan dan mengikutiNya. Para murid akhirnya mengalami sendiri untuk apa mereka dipanggil serta dengan bebas mereka bertanggungjawab atas jawaban Ya mereka terhadap panggilan Yesus. Dalam situasi apa pun Allah hadir, Ia menyapa dan menemani setiap orang yang takut dan mengikuti perintahNya.


Di saat kita mulai bekerja di tempat yang baru, kepada kita diberikan “job description” (deskripsi pekerjaan yang akan kita lakukan). Di dalamnya ada tanggungjawab dan juga hak. Job description itu membantu kita untuk bisa bekerja dengan baik dan maksimal. Murid Yesus juga mendapat hal yang sama, dengan melihat langsung contoh yang Yesus kerjakan. “Yesus mengelilingi Galilea: Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat, memberitakan Injil Kerajaan Allah, serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu” (ay 23).

Kita sebagai pengikut Kristus juga melakukan hal yang sama, seperti yang telah Yesus tunjukkan kepada para muridNya yaitu mengajar, mewartakan Injil dan melenyapkan penyakit serta kelemahan. Pertama: mengajar dan mewartakan Injil, ada banyak cara yang bisa kita lakukan, terutama dengan cara hidup kita setiap hari. Kedua, melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Penyakit dan kelemahan kita bisa ada banyak ragam bentuknya. Misalnya kemalasan, iri-dengki, sombong-dendam, amarah-congkak, masah bodoh, tidak mau berpartisipasi untuk melakukan kebaikan, dan masih banyak lagi bentuknya. Kita bisa tambahkan. Itulah model penyakit dan kelemahan yang harus kita lenyapkan dalam cara hidup mengikuti Yesus. Mari kita gunakan KS sebagai terang dan inspirasi hidup.


80 views0 comments

Recent Posts

See All

Edisi: XIII / 2020 / HARI MINGGU PRAPASKAH V

KEMATIAN (BENCANA) REALITAS YANG TIDAK BISA DITOLAK Wabah Corona, menggemparkan dunia. Awalnya bermula dari Wuhan, China. Lalu sekarang ia menyebar dan mewabah ke seluruh dunia. Indonesia juga termasu

bottom of page