Putera Sirakh 3:3-7.14-17a; Kolose 3:12-21; Matius 2:13-15.19-23
"Ala bisa karena biasa." Banyak hal dalam hidup, kita belajar dari pengalaman masa kecil, saat kita ada bersama keluarga. Keluarga adalah sekolah pertama dan utama dalam hidup untuk membentuk karakter seseorang. Guru utamanya adalah ayah dan ibu. Peranan ayah-ibu tidak tergantikan. Usia nol sampai lima tahun untuk seseorang adalah kesempatan emas untuk membatinkan nilai-nilai utama kehidupan. Segala sesuatu yang dialami akan terekam dalam alam bawah sadar. Terencanakan atau tidak, hal itu terjadi dan sangat mempengaruhi serta menentukan akan seperti apakah anak itu kelak. Suatu saat kelak, seluruh pengalaman itu akan kembali mempengaruhi dan bahkan membentuk kepribadian seseorang. Segala yang dialami entah itu yang dirasakan, didengar atau dilihat sungguh mempengaruhi proses pertumbuhan karakter seseorang selanjutnya. Banyak pengalaman keluarga yang mengamini hal ini.
Karena itu, sungguh terpuji dan bermartabat kalau setiap pasangan suami-istri bisa mempersiapkan masa depan dari setiap generasi yang lahir dari perkawinannya dengan bertanggungjawab. Investasi keluarga yang terpenting adalah pendidikan anak. Sesudah itu baru hal-hal lainnya.
Banyak keluarga yang salah memprioritas kebutuhan rumah tangganya. Ada yang selagi masih muda mereka mengutamakan kerja, karier dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga pendidikan dan pendampingan anak dipercayakan kepada orang lain. Anak diasuh oleh pembantu rumah tangga. Kalau mendapat pembantu rumah tangga yang baik pasti mereka akan memperhatikan anak majikannya dengan baik. Tetapi banyak pembantu rumah tangga yang merusak kesehatan anak majikannya. Misalnya mereka memberi obat tidur supaya anak itu tidur terus, sedangkan mereka (pembantu rumah tangga) sibuk main HP /chatting. Bayangkan anak yang dari kecil mengkonsumsi obat tidur, akan jadi apakah dia selanjutnya. Ada juga pembantu rumah tangga yang berlaku kasar terhadap anak majikannya; dibentak, dipukul atau dikasari dengan cara tertentu. Banyak berita surat kabar, TV dan radio yang melaporkan tentang hal itu. Sesudah keluarga (pasutri) tadi separuh bayah, semua yang mereka cari (uang, harta) habis untuk membayar perawatan anak, rehabilitasi anak atau urusan anak keluar masuk penjara.
Ada juga ekstrim lain, banyak orang waktu masih muda mereka menghabiskan waktu untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Opsesinya terhadap uang tinggi sekali. Mereka lembur, rangkap pekerjaan dan mengabaikan memperhatikan kesehatan. Waktu untuk santai, olahraga, rekreasi tidak masuk dalam agenda mereka. Akan tetapi sesudah usia mereka makin bertambah tua mereka menghabiskan semua uang yang mereka cari waktu masih muda untuk mengurus kesehatan. Karena itu, anjuran praktis untuk setiap orang agar menentukan prioritas yang benar dalam hidup. Menyesal kemudian tak berguna, hanya menambah pilu dan nestapa.
Kesaksian Putera Sirakh.
“Orang takwa menghormati ibu – bapanya. Barangsiapa menghormati bapanya : memulihkan dosa, akan mendapat kesukaan…, doa akan dikabulkan, akan panjang umur. Tolonglah bapamu pada masa tuanya, jangan sakiti hatinya, kalau akalnya sudah berkurang maafkanlah dia, jangan menistakan dia. Kebaikan kepada bapa sebagai pepuli atas dosa. Barangsiapa menghormati ibunya : mengumpulkan harta, taat kepada Tuhan akan memenangkan hati ibu” (bdk Sir 3:3-7.14-17a).
Putra Sirakh secara indah menggambarkan keutamaan bagi orang yang menghormati ayah – ibunya, bahwa mereka akan memperoleh berkat dalam hidup. Hal-hal baik akan terus dilimpahkan kepada mereka yang menaruh kasih sayang kepada orangtuanya. Anak-anak menghormati orangtua karena terlebih dahulu orangtua sudah membiasakan dalam kehidupannya untuk menghormati orang lain. Anak belajar dari orangtua. “Buah jatuh tidak jauh dari pohon”. "Ala bisa karena biasa". Apa yang disampaikan Putra Sirakh sejalan dengan apa yang hidup dalam budaya kita bahwa orang tua itu adalah “Allah yang kelihatan”. Mereka telah berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah dengan melahirkan dan membesarkan anak-anaknya. Karena itu durhaka pada orang tua akan mendapat kutuk dan penderitaan dalam hidup. Kalau orang tua saja tidak bisa dihormati, bagaimana kita bisa menghormati Allah yang tidak kelihatan? Menghormati sesama yang kelihatan ada ekspresi konkrit dari menghormati Dia yang tidak kelihatan (Allah).
ANJURAN ST. PAULUS
“Hidup kekeluargaan dalam Kristus. Kenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Ampunilah yang lain. Kenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Bersyukur dalam segala sesuatu. Saling menegur satu sama lain dengan semangat kasih. Lakukan segala sesuatu dalam nama Yesus, dan mengucap syukur kepada Bapa dalam nama Dia. Hai istri tunduklah kepada suamimu … dan hai suami kasihilah isterimu dan jangan berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal. Hai bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu” (bdk Kol 3:12-21).
Paulus sungguh memahami apa yang penting dalam hidup, agar orang bisa mengalami kedamaian. Karena itu, dalam suratnya kepada orang di Kolose 3:12-21 melukiskan dengan menarik hal yang perlu diperhatikan orang dalam hidup harian, terutama dalam keluarga. Dia menasihatkan agar orang selalu rendah hati, berbelaskasih, murah hati dan sabar. Kalau seseorang sudah memiliki kerendahan hati maka mudah sekali orang tersebut untuk sabar dengan orang lain, gampang untuk mengampuni serta selalu mengutamakan kebaikan bersama. Orang semacam inilah yang selalu hidup dalam kasih.
Kekuatan Mimpi (bdk Mat 2:13-15.19-23).
Setiap kita pernah bermimpi bahkan sering bermimpi. Kita kadang atau tidak pernah memperhatikan dan memaknai mimpi yang dialami. Padahal mimpi itu adalah medium yang menyampaikan pesan tertentu untuk pemimpinya.
Mimpi Yosef. “Pertama, ia bermimpi saat ia mau menceraikan Maria karena Maria sudah mengandung sebelum mereka resmi hidup bersama sebagai keluarga. Kedua, ia bermimpi pada saat Yesus sudah mulai dikenal oleh kalangan lebih luas, sesudah Ia dikunjungi para Majus dari Timur. Ketiga, bermimpi pada saat dia sudah di Mesir. Keempat, bermimpi pada saat mau ke Israel”.
Mimpi selalu membawa pesan tertentu. Mimpi membantu orang untuk mengenal diri, sekaligus refokus tentang hidup. Mimpi Yosef membuat ia kembali fokus pada Maria dan hidup bersama dengannya. Selanjutnya mimpi membuat Yosef bertindak bijaksana untuk mengunsi ke Mesir bersama Maria dan Yesus. Yosef selalu melihat rencana Allah dalam perjalanan hidupnya.
Keutamaan Yosef: ia mendengarkan bisikan Tuhan dengan saksama sesudah itu melaksanakannya. Ia mendengar bisikan Tuhan dalam mimpi lalu melaksanakannya. Yosef dalam mimpinya ia bergerak dari Betlehem ke Mesir dan selanjutnya ke Israel di Galilea persisnya di Nazaret.
Orang yang baik mimpinya selalu baik. Demikian juga dengan orang yang jahat selalu mimpinya buruk. Ilmu modern seperti psikologi sudah menggunakan mimpi sebagai sarana untuk membantu orang mengenal diri, tujuan hidup serta kecemasan dalam hidup. Lewat mimpi yang diproses orang ditransformasi ke level aktualisasi diri yang paling tinggi. Mimpi yang diolah dan dipelajari akan membantu orang untuk lebih bijaksana dan bahkan sukses dalam hidup. Banyak contoh: Honda bermimpi untuk menciptakan atomtif sepeda motor dan mobil. Focker bermimpi tentang pesawat terbang. Thomas Alfa Edison bermimpi tentang lampu pijar, dan lain-lain.
Setiap keluarga Katolik harus berani bermimpi untuk keluarganya. Orang yang mempunyai mimpi akan terpacu untuk mewujudkan mimpinya. Semoga mimpi-mimpi kita menjadi kenyataan agar setiap keluarga menjadi gereja kecil yang sejahtera dan harmoni. Jangan pernah berhenti berguru pada keluarga-keluarga sukses yang kita kenal dan juga belajar dari keluarga kudus Nazareth. Keluarga adalah sekolah utama dan pertama dalam hidup setiap orang dan guru utamanya adalah ayah dan ibu. Bahan pelajarannya adalah seluas kenyataan kehidupan.
Commentaires