top of page

MENGIKUTI YESUS DALAM KEBEBASAN

Minggu Biasa XIII C 2019

(1Rajaraja 19: 16b.19-21; Galatia 5:1.13-18; Lukas 9:51-62)

RP. Gregory Harapan, SVD


Pilihan untuk mengikuti Yesus adalah pilihan bebas setiap orang. Setiap pilihan bebas yang dibuat, menuntut komitmen. Komitmen yang kuat dibangun atas dasar kesadaran dan keyakinan bahwa dalam Yesus ada kepastian, ada damai dan sukacita. Dalam Yesus segala sesuatunya mungkin. Bersama Yesus segala sesuatunya ada jalan keluar. Ada bersama Yesus membantu kita untuk menjadi putra-putri Allah yang baik.

Iman yang utuh dalam Yesus membantu kita untuk selalu melihat “yang lain” sebagai kembaran diri kita. Maksudnya yang lain itu adalah saudara-saudari kita dalam iman. Keakraban kita dengan Yesus adalah jalan untuk mengubah diri agar menjadi “belahan kasih” Kristus. Predikat belahan kasih, kita bisa sandang kalau dalam keseharian, kita bisa menghadirkan Yesus. Kita menghadirkan Yesus melalui kata dan tindakan konkrit. Prinsipnya katakan apa yang kita kerjakan dan kerjakan apa yang kita katakan. Jika ya katakan ya, dan jika tidak katakan tidak.

Itu artinya tanggungjawab kita yaitu menghidupi ajaran Yesus melalui situasi konkrit setiap hari, dengan seluruh kekuatan dan kelemahan yang kita miliki. Kekuatan yang kita miliki harus disyukuri dan digunakan untuk membantu semakin banyak orang lagi mengenal Yesus dan cintaNya. Lalu kekurangan yang kita miliki harus diakui dan diperbaiki agar tidak menjadi batu sandungan dalam hidup setiap hari. Kita mengikuti Yesus, harus dengan seluruh kesadaran dan kerendahan hati.

Dalam Kitab 1Rajaraja 19:16b.19-21, kita melihat kisah Elisa mengikuti Elia sebagai abdi Allah. Elisa awalnya agak berat hati untuk langsung mengikuiti Elia. Ia membuat tawaran, saya akan mengikutimu, tetapi terlebih dahulu ingin untuk pergi berpamitan dahulu dengan ayah dan ibunya. Keinginan itu dikabulkan. Sesudah itu, Elisa mengikuti Elia dan menjadi abdi Allah. Ia menjadi nabi untuk membawa penghiburan dan peneguhan bagi umat Israel. Lebih dari itu, ia menjadi teman seperjalanan dan seperjuangan orang Israel menuju pembebasan yang sejati.

Prototipe pembebasan dalam Perjanjian Lama sudah mulai dialami oleh orang Israel melalui perjuangan mereka meninggalkan perbudakan Mesir menuju tanah terjanji. Dalam Perjanjian Baru, pembebasan itu sudah digenapi oleh kedatangan Yesus dan misiNya di tengah dunia. Dalam Yesus, kita semua dipanggil untuk merdeka (bdk Galitia 5:1.13-18). Pertanyaannya kita mau merdeka dari apa? Kita mau merdeka dari perbudakan dosa (kegelapan dan perhambaan dosa). Kita mendapat kembali status kita sebagai putra-putri Allah yang baik. Pembebasan dari dosa adalah jalan menuju kemerdekaan sejati dalam Yesus.

Dengan itu kita menjadi orang yang “merdeka untuk melayani seorang akan yang lain dalam kasih”. Inilah inti hukum Taurat yaitu “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Kita semua dituntut untuk menjadi pelaku kasih. Caranya yakni dengan “menghidupi apa yang dikatakan dan katakan apa yang kita hidupi”. Perbuatan dan perkataan harus selaras.

Merdeka yang sesungguhnya berarti “hidup oleh Roh bukan oleh daging / napsu duniawi”. Hidup kita harus terarah kepada nilai yang tidak akan binasa dan nilai yang mendatangkan kehidupan yang kekal. Kehidupan kekal artinya ada dalam suasana “penuh dengan kedamaian, sukacita serta semua hal baik lainnya”. Singkatnya kita hidup dalam Yesus, hidup sesuai dengan ajarannya.

Kita mengikuti Yesus, tidak terlepas dari konteks dan situasi kita masing-masing. Kita mengikuti Yesus dengan “apa adanya” diri kita, dengan kelebihan dan kekurangannya (bdk Lukas 9:51-62).


Ada beberapa hal yang terjadi dalam mengikuti Yesus:

1. Kadang kita dihadapkan dengan situasi yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Seperti pengalaman Yakobus dan Yohanes waktu Yesus mau ke Yerusalem, sebelum Ia naik ke surga. Orang menolak Yesus untuk masuk desa mereka (sebuah desa orang Samaria). Mendengar itu, Yakobus dan Yohanes dipenuhi dengan kemarahan, keputusasaan, ketidak sabaran, dan bahkan ingin agar kejahatan dibalas dengan kejahatan .

Yakobus dan Yohanes memohon ijin kepada Yesus agar mereka “kalau boleh menurunkan api dari langit untuk membinasakan orang Samaria itu” (bdk Luk 9:54). Tetapi Yesus menolaknya, Ia tidak mau keinginan buruk seperti itu terjadi. Ia katakan “Anak manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkannya” .

Keselamatan adalah anugerah bebas dari Allah untuk manusia, terutama kepada orang yang mau menerimanya. Keselamatan juga membutuhkan kehendak bebas dari pihak manusia untuk menerimanya.

2. Ada orang dengan kebulatan hatinya sendiri memilih untuk mengikuti Yesus (bdk Luk 9: 57 ) Mereka berusaha untuk mencari jalannya sendiri. Ia berjuang untuk mengenal Yesus. Itu artinya orang itu mengetahui tuntutan dan konsekwensi pilihannya. Ia mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya. Ia bebas untuk memutuskannya.

3. Ada orang yang mengikuti Yesus karena diundang oleh Yesus (bdk Luk 9: 59-62). Tetapi orang yang diundang Yesus, sering mempunyai banyak sekali alasan untuk menolakNya. Ada alasan demi alasan untuk mengatakan tidak terhadap ajakan Yesus. Mirip dengan ajakan untuk menjadi pengurus gereja, pengurus lingkungan dan pengurus seksi. Ada umat yang menganjurkan ke romonya bagus sekali: pengurus gereja kita harus orang yang militan, ia harus mempunyai waktunya untuk urusan gereja, ia harus orang yang rela berkorban. Saat romonya mengajak umat tersebut (dia yang menganjurkan) untuk ikut menjadi pengurus, orang tersebut menolaknya, dengan pelbagai alasan. Saya tidak siap, tidak mampu, masih banyak kesibukan, silakan orang lain saja romo.


Mari kita bersama membantu agar gereja dan lingkungan kita menjadi semakin baik, tempat damai dan sukacita bertumbuh dan berkembang. Mengikuti Yesus adalah keputusan bebas kita yang harus dipertanggungjawabkan dalam cara hidup setiap hari.


Cerita tentang anjing pemburu.

Seorang pemburu memiliki 5 ekor anjing. Suatu hari ia pergi berburu. Saat memasuki medan buruan, ada hanya satu anjing yang sungguh melihat babi hutan dan mengejarnya. Anjing itu mulai menyalak, mengejar babi hutan itu. Di saat anjing yang lain mendengar teman mereka menyalak, mereka mulai rame-rame menyalak mengikuti arah anjing pertama tadi. Mereka tidak berhenti menyalak karena digairahkan oleh anjing pertama yang terus mengejar dan tak berhenti menyalak. Mengetahui dirinya, babi hutan sementara dikejar, babi hutan itu lari dengan sekencang-kencangnya agar tidak terkejar. Keempat anjing yang lain, terus berjauhan dengan anjing pertama. Tetapi mereka tidak berhenti untuk mengikuti arah suara gonggongan anjing pertama.


Lama kelamaan semakin capeh, gonggongan anjing pertama frekwensinya diperkurang. Oleh berkurangnya frekwensi gonggongan anjing pertama, maka ke 4 anjing yang lain yang di belakangnya mulai kehilangan arah untuk mengikutinya. Mereka coba untuk terus berkosentrasi dan menggunakan kepekaan penciuman mereka untuk mengikuti jejak anjing pertama.


Setelah kecapaian bekurang, anjing pertama menambah lagi frekwensi gonggangannya, maka anjing yang lain mulai dengan semangat yang tersisah lari sekuat tenaga untuk mendekati anjing pertama dan sampai mereka melihat langsung babi hutan yang mereka kejar. Di kala kelima anjing itu melihatnya mereka mulai bergantian menyalak dan terus mengejar babi hutan itu sampai dapat.


Babi hutan itu didapat, berkat gonggongan anjinG pertama yang tanpa henti sampai anjing lainnya juga termotivasi kembali untuk lari sekuat tenaga mendapatkan babi yang dikejar.


Iman kita akan Yesus, kadang seperti itu. Kita perlu saling menyemangati untuk terus mengikuti Yesus dengan “apa adanya” diri kita. Kadang banyak “ups-downs”nya, tetapi jika kita terus saling menyemangati pasti kita selalu termotivasi untuk selalu dekat dengan Yesus dan mengikutiNya. Mengikuti Yesus adalah pilihan bebas kita. Pada gilirannya, Yesus akan membebaskan kita dari segala beban, tantangan atau belenggu yang membuat kita jauh dariNya.



Pastor Paroki
P. Gregorius Sasar Harapan, SVD







64 views0 comments

Recent Posts

See All

Edisi: XIII / 2020 / HARI MINGGU PRAPASKAH V

KEMATIAN (BENCANA) REALITAS YANG TIDAK BISA DITOLAK Wabah Corona, menggemparkan dunia. Awalnya bermula dari Wuhan, China. Lalu sekarang ia menyebar dan mewabah ke seluruh dunia. Indonesia juga termasu

bottom of page