top of page

“ MEMAKNAI ADVENT: MENIRU TELADAN WANITA SALEH DALAM KITAB SUCI”

Yesaya 7:10-14; Roma :1:1-7; Matius 1:18-24

Minggu 4 Advent,

Tahun A 2019



Hari kelahiran Yesus sudah semakin dekat. Ramalan para nabi sudah mendekati kepenuhannya. Bacaan-bacaan Kitab Suci selama masa Advent mempersiapkan kita untuk menyambut kedatangan Sang Emanuel sekali lagi, dalam hidup kita. Ia harus lahir lagi dalam hati dan hidup kita.Ada banyak hal yang luar biasa terjadi, menyonsong kehadiran Kristus. Hal-hal istimewa itu, secara terang-terangan dinubuatkan oleh Yesaya. Sebagai seorang nabi yang membawa pengharapan, Yesaya menggugah orang untuk melihat jauh ke depan daripada hanya menangisi situasi yang penuh dengan ketidakmenentuan saat ini, terutama akibat dosa. Melihat jauh ke depan dengan optimisme.


Yesaya ada jauh sebelum Yohanes Pembaptis lahir. Ia sudah mewartakan bahwa kelak ada suara yang berseru-seru di padang gurun luruskanlah jalan bagi Tuhan. Yesaya membuat orang sangat antusias untuk menanti, bahwa ada seorang perawan yang akan melahirkan seorang anak bernama Emanuel, Allah beserta kita. Pewartaannya membuat orang menanti dengan gembira dalam doa dan pertobatan, supaya Tuhan sudi lahir dalam hidup mereka.


Beberapa contoh lain yang menakjubkan, misalnya dalam kitab Hakim-hakim (13:2-7.24-25a), ada seorang perempuan, istri Manoah, yang sudah lanjut usia dan mandul. Tetapi pada masa tuanya Tuhan membuka rahim perempuan itu dan memberikannya keturunan. Anak yang dia lahirkan bernama Simson. Kelahiran anak itu, mendatangkan sukacita bagi banyak orang. Simson membantu banyak orang Israel untuk diselamatkan dan kembali mengakui Tuhan dalam hidup mereka. Ia membantu orang Israel melawan orang Filistin.


Bukan cuma ibu Simson yang takjub dengan kebesaran Tuhan atas hidupnya, ada lagi Elisabet (Lukas 1:5-25). Dia adalah Istri Zakharia yang juga mandul, tetapi pada masa tuanya Tuhan mengaruniakan seorang anak kepadanya yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes menjadi sangat terkenal dan yang terbesar yang pernah lahir dari seorang perempuan, demikian kesaksian Yesus untuknya. Ia menjadi yang terbesar, karena kesaksian hidupnya. Ia hidup tak bercela di hadapan Tuhan. Ia dengan penuh keberanian mengajak orang Yudea untuk bertobat dan membaptis mereka sebagai lambang pertobatan. Ia menjadi besar karena kebaikannya untuk menghantar orang kembali ke jalan yang benar.


Kisah bacaan Kitab Suci pada hari ini, menampilkan peranan wanita saleh dalam sejarah keselamatan. Yesaya 7:10-14 menceritakan bahwa “sesungguhnya, seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang putra, yang akan diberi nama Emanuel, Allah beserta kita”. Artinya sejak awal sejarah keselamatan Allah sudah menggunakan wanita saleh untuk menjadi sarana yang membawa keselamatan (kebaikan).


Ramalan Yesaya terpenuhi dalam diri Maria. Ia dipilih Tuhan untuk menjadi bunda Yesus. Ia dipilih pertama-tama karena ketulusan hatinya. Ia seorang yang saleh, yang dikandung tanpa noda. Seluruh hidupnya ia dedikasikan untuk Allah. Hal itu semakin jelas kita bisa lihat saat Ia menerima tawaran Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus. Keterbukaan Maria mendatangkan keselamatan untuk banyak orang. Ketulusan dan ketaatannya membawa berkat untuk orang sejamannya dan generasi sesudahnya.


Tetapi jangan lupa ada juga wanita dalam cerita Kitab Suci yang membawa kematian. Misalnya Hawa. Hawa menyebabkan orang jatuh dalam dosa dan binasa. Dari ketidaktaatan Hawa dan Adam sehingga kita generasi sesudahnya selalu membawa dalam diri kita, yaitu dosa asal. (Dosa akibat ketidaktaatan leluhur kita). Dosa asal itu, terhapus dengan sakramen pembaptisan yang kita terima. Kalau Hawa membawa kematian, maka Maria membawa kehidupan (diselamatkan dari dosa). Darinya lahir Juru Selamat.


Karena itu marilah kita selalu belajar dari Maria bunda Yesus untuk terbuka terhadap karya dan rencana Allah dalam hidup setiap hari. Dia menjadi pengantara rahmat untuk orang lain. Hendaknya hidup kita juga menjadi penyalur rahmat untuk sesama. Kita menjadi jembatan kasih agar orang lain semakin dekat dengan Allah dan mengalami kedamaian serta keselamatan dalam hidup.


Seputar kelahiran Yesus, ada satu tokoh sederhana dan saleh lainnya yaitu Yosef. Dia orang yang lurus hatinya, melakukan hal yang benar dalam hidup. Karena itu, dia menjadi gelisah dan takut saat Maria, mengandung dari Roh Kudus. Yang dia pikirkan dalam kesederhanaannya yaitu menceraikan Maria secara diam-diam. Tetapi Allah mengetahui apa yang dirasakan oleh Yosef. Roh Allah menjelaskan sendiri kepada Yosef apa yang dialami Maria. Dari penjelasan itu, akhirnya Yosef percaya dan melaksanakan seperti yang malaekat Tuhan katakan. Yosef terbuka terhadap rencana Allah dan berpartisipasi di dalamnya. Allah menggunakan setiap kita, agar rencana keselamatanNya menjadi kenyataan. Ia menjadikan kita, dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Ia mencintai kita apa adanya. Cinta Allah yang besar, membuat hidup kita lebih bermakna dan mempunyai tujuan yang jelas yakni bersatu denganNya.



Yesus yang kita nantikan kedatanganNya adalah keturunan Daud. Paulus membahasakannya dengan ungkapan “Yesus Kristus Putera Allah dan Putera Daud”. Dengan sebutan itu mau menyadarkan kita bahwa Yesus itu benar ada, sudah ada dan akan terus ada. Yesus itu tetap sama: kemarin, hari ini dan selamanya. Ia tidak berubah.

Cinta Allah tidak pernah berubah untuk kita, hanya cinta kita kepadaNya yang berubah. Perubahan cinta kita pada Yesus, itu yang membuat kita menderita. Dan kalau itu tidak kita sadari maka cepat atau lambat kita akan binasa. Coba periksa diri kita, apakah cinta kita pada Yesus saat ini, masih sama atau sudah makin menipis dan pudar? Yesus baharuilah cintaku padaMu dengan Roh KudusMu, agar aku tidak dipisahkan dari kasihMu yang menyelamatkan. Selamat datang ya Yesus, aku rindu dengan kehadiranMu.



108 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page