Minggu Biasa V
Tahun A/2 2020
Yesaya 58:7-10, 1Korintus 2:1-5; Matius 5:13-16
Semua kita membutuhkan penerangan. Di saat “listrik PLN padam” kita langsung mencari alternatif penerangan lain. Yang paling gampang kita menyalakan senter handphone. Sesudah itu baru mencari lampu “rechargeable”, senter atau lilin yang sudah disediahkan. Orang tidak mau ada dalam kegelapan. Itulah yang orang lakukan di saat PLN padam atau lampu penerangan ketiadaan arus.
Kadang yang membuat hidup kita menjadi gelap, bukan saja oleh ketiadaan cahya lampu, tetapi terlebih oleh pikiran, sikap dan tutur kata yang negatif. Hidup kita menjadi sungguh terang kalau pikiran kita terang, posetif dan juga sikap serta kata-kata kita posetif. Ada banyak orang hidupnya menjadi semakin gelap dan kelam karena selalu berpikir negatif tentang diri sendiri, tentang orang lain dan bahkan tentang segala sesuatu. Dia berpikir dan mengira bahwa di dunia ini tidak ada lagi yang posetif (baik). Hidupnya penuh dengan protes / ketidakpuasan tanpa henti. Untuk segala sesuatu dia protes. Jelas orang seperti ini, susah untuk memiliki damai dan sukacita dalam hidupnya. Pasti ada “sesuatu” dengan orang seperti ini.
Kegelapan yang lebih mencekam dalam hidup, bukan karena listrik PLN padam tetapi lebih pada cara berpikir, bertindak, bertutur kata yang negatif dalam hidup setiap hari. Mari kita nyalakan lagi alarm berpikir dan bertindak posetif dalam diri kita. Jalan kepada pikiran posetif mulai dengan melakukan hal yang sederhana yaitu selalu bersyukur setiap waktu dan untuk segala sesuatu. Syukuri seluruh yang kita alami dan miliki. Dengan bersyukur kita menciptakan kegembiraan dalam hidup. Bukan sebaliknya kita menunggu gembira dahulu baru bersyukur. Tetapi bersyukurlah dahulu, lalu kita akan menjadi gembira. Hal yang kedua; gunakanlah kata-kata yang posetif setiap saat.
Terang Bagi Sesama: Ajakan Yesaya
Cahayamu akan merekah laksana fajar kalau kita melakukan hal-hal posetif dalam hidup. Yesaya menantang kita dengan perbuatan yang luar biasa yaitu “Bagilah makananmu dengan orang lapar dan bawalah orang gelandangan ke rumahmu. Berilah pakaian kepada orang yang telanjang” (bdk Yes 58: 7). Orang kebanyakan sering berkomentar dan bahkan protes dengan orang yang tidak beruntung nasibnya dengan pelbagai komentar negatif. Tetapi ada orang yang tidak protes terhadap mereka melainkan memberikan perhatian dengan cinta yang tulus kepada orang yang tidak beruntung nasibnya. (Ketidakberuntungan itu bukan pilihan tetapi keterberian).
Ada seorang misionaris Serikat Sabda di Ende - Flores, namanya Pater Avent Saur, SVD. Dia mendedikasikan pelayanannya untuk ORANG YANG GANGGUAN JIWA (OGJ). Awalnya dia terjun ke pelayanan OGJ karena ia meliput berita untuk surat kabar Flores pos (karya SVD Ende). Ketika itu, ada kasus penderita OGJ dibunuh. Dari situ ia coba mendalami, membaca dan mencari informasi secukupnya tentang OGJ. Kemudian ia mulai mendata para penderita OGJ di kabupaten Ende - NTT. Ia pergi mengunjungi, bercerita dengan mereka, memberi makan, memandikan dan kemudian membawa mereka ke rumah sakit, dan membebaskan mereka yang dipasung. Semua itu dilakukan dalam proses dan bertahap. Pelayanan yang tidak mudah. Tetapi ia menjadi begitu menyenangkan setelah melibatkan cinta yang tanpa pamrih untuk menolong sesama. Sudah banyak OGJ yang ditolongnya. Ia sekarang masih kewalahan untuk memenuhi semua permohonan dari pelbagai tempat di Flores dan NTT umumnya, karena keterbatasan biaya operasional dan relawan.
Awalnya adalah kegiatan jurnalistik, tetapi kemudian menjadi pelayanan kemanusiaan untuk menolong para penderita OGJ. Gerakkannya itu kemudian diperkenalkan melalui koran Flores pos untuk masyarakat luas, sehingga mendapat dukungan dari banyak pihak. Ia juga memperkenalkannya kepada pemerintah setempat dan mendapat dukungan dari mereka. Ada relawan yang mau bergabung dengannya. Hebatnya lagi sudah ada OGJ yang sudah sehat, menjadi relawan untuk membantu para penderita OGJ lainnya. Suatu pelayanan yang luar biasa. Itu contoh sesama yang mau menjadi terang bagi orang lain.
Yesaya mengingatkan: “Allah senantiasa berkata ‘ini Aku’, apabila: engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu, tidak lagi menunjuk-nunjuk jari kepada sesama dan memfitnah, dan jika engkau memberikan sesuatu kepada orang yang lapar, memuaskan hati orang yang tertindas. Dengan melakukan semua ini, terangmu akan terbit dalam gelap”. (Yes 58: 8-10)
Perbuatan baik yang kita lakukan dalam kehidupan nyata adalah ekspresi keyakinan bahwa orang lain adalah sesama kita. Sejatinya orang lain adalah gambaran Allah yang kelihatan di dunia. Gambaran Allah yang hadir dalam diri orang lain, sering dinodai oleh egoisme seseorang yang tidak mau menampakkan kebaikan Allah itu dalam hidupnya. Orang menghalangi Allah dengan sikap hidup, tutur kata dan tindakan nyata setiap hari yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Kita melakukan hal-hal baik kepada orang yang tidak beruntung nasibnya, pengaruhnya luar biasa hebatnya, kita membawa kegembiraan bagi orang tersebut dan bahkan bisa mengubah hidupnya. Kegembiraan orang yang ditolong itu bisa juga mengubah hidup orang yang melakukan perbuatan baik itu sendiri. Berbuat baik kepada orang lain selalu dinasihatkan dalam Kitab Suci teristimewa kepada orang yang tidak beruntung nasibnya; misalnya orang cacat, orang yang ditimpai musibah, orang sakit atau yang mengalami kesulitan dalam hidup. Orang-orang yang tidak beruntung nasibnya hanya bisa berdoa dan bersyukur kepada Tuhan akan apa yang mereka terima dan akan apa yang kita lakukan kepada mereka. Akan tetapi kalau kita melalukan sesuatu yang baik atau menolong seseorang yang baik taraf hidupnya, ia selalu akan berusaha untuk membalas kebaikan kita dengan melakukan hal yang sama atau lebih. Dia sendiri akan berjuang untuk melakukan itu kepada kita.
Tuhan senantiasa menggunakan setiap orang termasuk mereka yang tidak kita kenal sekalipun, untuk menyalurkan rahmat dan berkatNya kepada kita. Allah selalu menggunakan orang lain atau peristiwa khusus untuk menolong, mengingatkan atau menghardik kita. Setiap peristiwa hidup adalah cara Allah hadir dan menyapa kita. Setiap hal baik yang kita lakukan akan menghasilkan banyak hal baik lainnya lagi. Demikian juga kalau kita melakukan hal yang tidak baik, akan menghasilkan banyak hal tidak baik lainnya atau bahkan yang paling buruk sekalipun. Karena itu, benar nasihat Kitab Suci: apa yang kamu kehendaki orang lain perbuat untukmu, perbuatlah juga hal demikian untuk mereka (bdk Mat 7:12 Luk 6:31). Kita harus menjadi orang pertama yang melakukan hal baik, jangan menunggu orang lain.
Ekspresi keyakinan Yesaya dalam bacaan hari ini, mengingatkan kita bahwa setiap kali membantu orang yang sangat membutuhkan pertolongan; itu sama dengan “cahaya yang menerangi kegelapan”. Perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan dengan ketulusan dan kerendahan hati kepada orang lain, akan menjadi “terang yang terbit dalam kegelapan”. Pertanyaan untuk kita; sudahkah kita menjadi terang untuk orang lain? Jawabanmu sangat dibutuhkan untuk membawa perubahan serta peneguhan dalam hidup.
Kita Adalah Garam dan Terang Dunia
Mari kita menjadi garam dan terang dunia (bdk Mat 5:13-16) melalui kata, sikap dan kelakukan kita setiap hari. Kata-kata yang posetif, yang mendukung dan memberi motivasi kepada orang lain: itulah terang dan garam hidup. Sikap dan kelakuan yang baik yang menggugah orang untuk menirunya itulah seberkas terang dan sebutir garam kehidupan yang kita bagikan untuk sesama.
Imanmu Jangan Bergantung Pada Hikmat Manusia Tetapi Pada Kekuatan Allah
St. Paulus secara jelas merumuskan keyakinan dirinya “aku mewartakan Yesus yang tersalib, aku mewartakan dengan kelemahanku, aku yakin akan kekuatan Roh dan imanmu jangan bergantung pada hikmat manusia tetapi pada kekuatan Allah ( bdk 1Kor 2:1-5). St. Paulus memberi kesaksian pribadi tentang apa yang dia lakukan setelah mengenal Yesus yang bangkit. Ia menyadari akan seluruh kekurangan dan kelemahannya serta kemudian memegang teguh pada kekuatan Roh dan Allah sendiri. Kekuatan Allah yang mati dan bangkit adalah sumber keberanian Paulus dalam menyampaikan pewartaanNya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dia alami dan yang dia ketahui tentang Yesus. Semoga pengenalan dan pengalaman pribadi kita akan Allah membantu dan menolong kita untuk semakin dekat denganNya.
Saya percaya Yesus, selalu hadir dalam hidupku, entah di kala aku kuat atau pun aku lemah. Di saat aku kuat, Ia meneguhkan aku agar jangan sombong. Dan di saat lemah, Ia membimbing dan menuntun aku agar jangan dicengkram dan digenggam oleh kelemahan. Ia selalu ingin aku belajar, dalam kekuatan dan juga dalam kelemahanku. Yesus selalu membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Yesus selalu melukis elok di atas garis-garis bengkok kehidupanku. Yesus mengubah liku-liku hidupku menjadi berkat agar aku semakin rendah hati dan percaya kepadaNya. Ia senantiasa membuat aku belajar dari semua pristiwa kehidupan dan menunjukkan jalanNya yang penuh dengan cahaya kehidupan, kedamaian dan sukacita.
Comentários