top of page
Writer's pictureP. Greg Sasar Harapan,SVD

IMAN DASAR UNTUK BERHARAP

Minggu Biasa 19 C 2019

Kebijaksanaan 18:6-9; Ibrani 11:1-2.8-19, Lukas 12:32-48

RP. Gregory Harapan, SVD


Kebutuhan sekaligus kerinduan manusia yang mendasar dalam hidup yaitu untuk memperoleh keselamatan (Keb.18:8) dan tempat tinggal yang lebih baik / tanah air yang lebih baik (Ibr. 11:16).


I. KESELAMATAN

Perjuangan setiap orang adalah untuk memperoleh keselamatan. Keselamatan yaitu “suasana dan situasi” yang dipenuhi kebaikan. Yang termasuk dalam nya adalah sukacita, kedamaian, keadilan dan kebenaran serta semua hal baik lainnya dalam kehidupan setiap hari. Setiap orang yang berusaha untuk melakukan kebaikan dalam hidupnya, itu berarti dia berusaha untuk memperoleh keselamatan. Sebaliknya kalau orang mengkhianati atau menghambat supaya kebaikan tidak terjadi berarti orang itu sementara berjalan menuju kebinasaan.

Berkat dan kutuk adalah nyata. Berkat adalah segala sesuatu yang mengikuti orang benar, orang yang selalu mengusahakan dan mempropagandakan kebaikan dalam hidup. Ia mengusahakan kebaikan dengan kata dan tindakan nyata. Mempropagandakan kebaikan dengan teladan hidup jauh lebih menggerakan hati sesama untuk mengikutinya ketimbang dengan kata saja. Perkataan dan tindakan harus selalu sejalan. Perkataan disempurnakan dalam tindakan. Kita menolak NATO (No action talk only).

Sedangkan kutukan yaitu sesuatu yang serentak terjadi setelah orang melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kebaikan. Kutukan atas kejahatan tidak ditunda, ia serentak terjadi pada saat orang melakukan kejahatan atau langsung sesudah melakukannya. Orang akan langsung mengalami kehilangan rasa aman, damai, sukacita dan ketenangan dalam hidup. Itulah kutukan. Damainya ditukar dengan kegelisahan. Rasa amannya diganti dengan ketakutan. Sukacitanya digadaikan dengan penyesalan yang tidak berujung.

Buah dari semua perbuatan baik dan perjuangan untuk membawa sukacita, damai, keadilan dan kebenaran dalam hidup bersama itu serentak dialami pada saat dilakukan atau sesudah melakukannya. Ada sukacita yang besar memenuhi hati kita. Ada damai dan rasa senang yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Paulus dengan landasan pengalamannya sendiri memberi kesaksian bahwa “iman adalah dasar dari segala yang kita harapkan dan bukti dari segala yang tidak kita lihat”. Jauh sebelum Paulus, Abraham sudah meyakini itu. Karena iman, ia taat ketika dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, Ia berangkat tanpa mengetahui tempat yang dituju. Suatu penyerahan diri yang total kepada tuntunan iman. Iman membuat orang betah untuk hidup dan tinggal bersama. Iman menghantar orang ke visi yang sama. Karena iman, Abraham dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walau pun usianya sudah lewat (tua), karena ia yakin bahwa Dia yang memberikan janji itu adalah setia (Ibr 11:1-2:8-19).


II. TANAH AIR YANG LEBIH BAIK : “TANAH AIR SURGAWI”

Merindukan “tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air surgawi”. Muarah hidup kita akan ke sana. Inilah kerinduan abadi, yang diperjuangkan setiap saat. Pada waktunya kerinduan ini akan berubah menjadi kebutuhan. Sesuatu yang harus dipenuhi. Kebutuhan akan keselamatan, serentak menjadi kebutuhan akan tanah air yang lebih baik. Di sinilah segala kebaikan, kedamaian, sukacita, keadilan dan kebenaran mendapat kepenuhannya. Kita semua yang percaya dan mengikuti Kristus, adalah warga tanah air surgawi. Namamu terdaftar di sana. (Luk 10:20).

Surga sekali lagi bukan urusan sesudah mati, tetapi urusan saat ini, sementara kita berziarah di dunia ini. Surga adalah situasi yang dipenuhi dengan kebaikan, sukacita, damai, keadilan, kebenaran serta semua hal baik lainnya. Kalau hal itu, sekarang sudah kita miliki (serta berjuang untuk terus mengalami dan memilikinya) maka sesudah ziarah di dunia ini berakhir, kita akan mendapat kepenuhannya di dunia akhirat nanti. Kita akan menerimanya dengan berlipat-ganda; kepada yang sudah memiliki kepadanya akan ditambahkan. Sedangkan kepada yang tidak memilikinya apa pun yang ada padanya akan diambil. Karena itu mari kita terus berubah, mengusahakan keselamatan dan “menciptakan surga” dalam hidup setiap hari.

Surga itu serentak anugerah dan juga perjuangan kita setiap hari untuk mengalaminya. Ia adalah anugerah cuma-cuma dari Allah yang diberikan kepada setiap orang yang senantiasa mencari keselamatan sejati dalam hidupnya.

Penginjil Lukas mengajak pendengarnya untuk menjadi orang yang penuh iman, berani dan optimis dalam hidup serta yang siaga setiap saat. Hal yang sama juga menjadi ajakan untuk kita. “Jangan takut, hai kamu kawanan kecil. Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri, dan yang tidak dirusak ngegat. Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (bdk Luk 12:32-34).

Berjaga-jaga adalah satu sikap yang mesti dimiliki oleh orang beriman. 1). “Pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. 2). Hendaklah kamu seperti orang yang menanti-nantikan tuannya pulang dari pesta nikah, supaya jika tuannya itu datang dan mengetuk pintu, segera dapat dibukakan pintu…. 3). Bertanggungjawab terhadap semua yang dipercayakan kepadamu. 4). Barangsiapa diberi banyak, banyak pula dituntut darinya. Dan barangsiapa dipercaya banyak, lebih banyak lagi yang dituntut darinya” (bdk Luk 12: 35-48).



40 views0 comments

Recent Posts

See All

تعليقات


bottom of page