Minggu Biasa IV
Hari Raya Yesus Dipersembahkan Di Bait Allah
Maleakhi 3:1-4; Ibrani 2:14-18, Lukas 2:22-40
Dalam hidup ini, sering kita terkesima oleh pemandangan alam yang menarik, indah dan mempesona. Seperti pemandangan deretan gunung gemunung yang hijau dan menjulang tinggi seperti lukisan di atas kanvas, pemandangan kehidupan bawah laut yang memukau, arsitek bangunan kuno yang antik, bangunan modern yang mengundang decak kagum, skyscrapers yang dibangun semacam tangga mau menggapai langit atau juga tertarik dengan margasatwa, yang beragam-ragam jenisnya. Semua itu adalah pekerjaan Designer Ulung yang ada di atas sana. Tuhan sungguh luar biasa. Ia selalu melukis indah untuk kehidupan kita. Kita tertarik karena yang diihat itu, menakjubkan. Ketertarikan pada alam dan segenap isinya, pada gilirannya menghantar orang untuk berpikir lebih jauh tentang penciptaNya. Pasti yang menjadikan segala sesuatu yang indah itu, jauh lebih menakjubkan lagi. Ada banyak peristiwa dan pengalaman yang membuat kita sadar akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah dalam hidup kita. Misalnya: kita luput dari kecelakaan maut, kita terbebaskan dari situasi kerja yang pelik, tersembhkan dari sakit dan penyakit yang menakutkan, terselamatkan dari kehidupan rumah tangga yang sudah berada di ambang kehancuran, terlepas dari perangkap hobby yang membawa maut dan tertolong keluar dari lembah kelam budaya hedonisme.
Peristiwa Yesus dipersembahkan di Bait Allah, secara budaya, itu adalah tradisi Yahudi yang biasa dilakukan oleh setiap keluarga yang memiliki anak laki-laki sulung. Secara iman, itu adalah tanda syukur umat beriman. Di samping itu, juga sebagai momen Allah menyatakan diriNya kepada lebih banyak orang lagi dan untuk memenuhi nas Kitab Suci. Yesus berasal dari Allah dan dipersembahkan lagi kepada Allah untuk dipakaiNya sebagai jalan untuk menyelamatkan manusia. Ia adalah jalan dan keselamatan itu sendiri.
Ada beberapa poin yang menarik dari pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah (Luk 2:22-40). Pertama, Kenisah Allah: tempat Allah bersemayam dan menyatakan diriNya. Kenisah Allah sebagai tempat berdoa dan tempat orang mempersembahkan kurban kepada Allah. Ia adalah tempat untuk bertemu dengan Allah. Di kenisah yang sama ini, Allah melalui malaekat Gabriel memberitahukan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis dan saat ini sebagai tempat Yesus dipersembahkan kepada BapaNya. Kedua, Simeon dan Hana serta Maria dan Yosef adalah “sisa kecil bangsa Israel” yang menghayati iman mereka dalam kerendahan hati. Mereka hidup benar, saleh, serta selalu berdoa dan berpuasa. Mereka sungguh takut akan Tuhan. Buah dari doa mereka yaitu bertemu dengan Mesias (Allah).
Maria dan Yosef membawa Yesus ke Kenisah untuk dipersembahkan kepada Allah. Anak laki-laki sulung harus dipersembahkan kepada Allah (Kel. 13:1), sudah ada dalam hokum Musa. 40 hari yang lalu, 2000-an tahun yang silam, ada berita yang menggemparkan dunia yakni kelahiran Yesus, Sang Mesias, Raja Damai di kota Daud di Betlehem. Kedatangan Yesus ke dunia sudah dinubuatkan oleh para nabi, hanya soal kegenapan waktunya itu yang ditunggu oleh semua orang. Saat Yesus lahir, itulah momen Allah menepati janjiNya. Perstiwa kelahiran Yesus, terus menjadi bahan perbincangan hangat orang kala itu, terutama di kalangan ahli Taurat, orang-orang Farisi dan raja Herodes. Heredos menjadi sangat terkejut ketika orang Majus datang menemuinya dan bertanya tentang tempat di mana raja yang baru, dilahirkan. Kenyamanan Herodes terusik. Kekuasaannya semacam goyah walau pun ia tidak tahu siapa raja yang baru lahir itu.
Simeon dan Hana begitu senang karena mereka dapat bertemu dengan Mesias di Kenisah Allah, tempat mereka berdoa. Mereka adalah orang saleh yang selalu datang ke kenisah untuk berdoa. Mereka menggantungkan seluruh hidup kepada kebaikan Tuhan. Mereka sungguh yakin akan hal itu. Inilah yang menjadi “opium” sehingga mereka selalu datang ke kenisah. Simeon dan Hana seperti Maria dan Yosef termasuk “sisa kecil Israel”. Minoritas umat Allah ini menghayati imannya dalam kerendahan hati dan kesetiaan pada ajaran para nabi. Malaekat Allah dan Roh Kudus datang kepada mereka untuk menyampaikan rencana Allah.Di kenisah yang sama ini, Malaekat Gabriel telah mewartakan kelahiran Yohanes Pembaptis, orang yang sangat getol mempersiapkan datangNya Penebus (Lukas 1:11-19). Di kenisah itu, Yesus dipersembahkan kepada BapaNya sesuai dengan aturan hukum Taurat.
Nubuat Maleakhi
Selangkah demi selangkah nubuat Nabi Maleakhi tentang pemugaran tempat ibadat mulai terjadi. “Apa yang diucapkan dengan kata akan dihidupi dalam kenyataan. Menghidupi apa yang kita ucapkan dan mengucapkan apa yang kita hidupi adalah sebuah kesaksian hidup yang luar biasa”. Tuhan mengirim utusanNya untuk mempersiapkan jalan di hadapanNya (Mal 3:1), seperti Yesaya dan Yohanes Pembaptis. Maleakhi adalah seorang nabi yang sangat menentang orang yang menurut mulutnya percaya kepada Tuhan tetapi dalam sikap mereka mengingkarinya. Nabi Maleakhi hidup sesudah nabi Hagai dan Zakaria. Mereka hidup sesudah Israel kembali dari pembuangan di Babel (520 SM) selama 70 tahun lamanya. Karena itu perioritas ketiga nabi ini adalah “membangun kembali” umat Allah dan kenisahNya.
Simeon dan Hana,
orang yang sungguh setia berdoa dan memuji Tuhan mengalami sesuatu yang luar biasa yakni di usia senja, mereka bisa melihat Mesias. “Buah dari hidup benar, saleh dan berdoa dengan kerendahan hati yaitu bertemu dengan Allah dalam kehidupan nyata”. Mereka mengenal Yesus sebagai Mesias karena iman. Simeonlah yang mewartakan bahwa Yesus itu Al Masih yang dinanti-nantikan. Simeon bernubuat bahwa Anak inilah yang akan memancarkan cahaya dan kemuliaan Allah kepada semua orang. Ia membuka kenyataan bahwa ajaran Yesus akan membawa pertentangan, Ia membuka jurang antara umat Israel sendiri. Simeon berbicara kepada Maria, “Sesungguhnya Anak itu ditentukan untuk menjatukan atau membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi tanda perbantahan dan sebuah pedang akan menembus jiwamu sendiri (Luk 2:34-35)”. Maksudnya dengan kehadiran Yesus di tengah orang Israel, mereka menjadi terpecah; pertama: ada kelompok yang percaya dan bertobat serta kedua: ada kelompok yang tidak percaya dan menjadi pengkianat. Apa artinya pedang yang menembus jiwa Maria? Pedang menunjuk kepada penderitaan Maria ketika melihat Putranya mati di salib. Pedang juga berarti bahwa Maria akan menderita karena ia tidak selamanya mengerti apa yang dilakukan Putranya.
Catatan Surat Ibrani
Surat kepada orang Ibrani (Ibr 2:14-18) mengingatkan kita tentang siapakah Yesus itu? Yesus adalah sama dengan saudara-saudaraNya kecuali dalam hal dosa. Kuasa Yesus adalah untuk menghancurkan setan yang berkuasa atas maut, membebaskan semua orang yang meringkuk dalam perbudakan (dosa), pepulih atas dosa dan menolong orang yang mengalami pencobaan. Yesus sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Ia mengalami semua pengalaman kemanusiaan kita: hidup, menderita, mati dan yang pertama bangkit dari antara orang mati. Itulah jalanNya, Ia menyelamatkan kita dari maut akibat dosa yang kita lakukan.
Mari kita mempersembahkan diri, hidup dan karya kita kepada Allah. Semoga Allah menjadikanya sebagai sumber berkat untuk hidup kita. Orangtua bertanggungjawab untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan baik. Anak-anak harus mengikuti teladan baik dari orangtua. Kita harus saling melengkapi dengan kelebihan dan keunikan yang kita miliki. Kita ikut bertanggungjawab untuk menciptakan damai dan sukacita di tempat kita tinggal. Itulah cara-cara sederhana, kita mempersembahkan diri kepada Allah. Tujuannya untuk kebaikan bersama.
Comentarios