top of page

ALLAH SUNGGUH MURAH HATI

MINGGU BIASA KE 17 C 2019

Kejadian 18:20-32, Kolose 2:12-14, Lukas 11:1-13

Allah sungguh murah hati adalah kenyataan yang dialami oleh setiap orang yang beriman. Beriman artinya ia percaya akan kebaikan Allah dan berjuang supaya oleh kebaikan Allah menyempurnakan usaha dan jerih payahnya setiap hari. Iman harus dihidupi melalui tindakan nyata. Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati (bdk Yak 2:26). Kemurahan dan kebaikan Allah itu tak terbatas. Yang membatasi kemurahan dan kebaikan Tuhan untuk terjadi atas diri manusia adalah “ego manusia”. Manusia membuat dirinya seolah-olah seperti Tuhan. Dengan bertindak seperti itu manusia menutup dirinya bagi kemurahan dan kebaikan hati Tuhan.

Abraham membuat negosiasi / tawar-menawar dengan Allah tentang nasip orang Sodom dan Gomora. Kedua kota ini, dalam kisah Kitab Suci Perjanjian Lama dikeluhkan orang sebagai kota dengan banyak dosa. Kota ini dilabeli berdosa karena hidup warganya jauh dari kehendak Tuhan. Mereka menutup diri dari kebaikan Tuhan. Mereka sering hidup dalam semangat yang berlawanan dengan perintah Allah. Perintah utama yaitu cinta, kerendahan hati, memaafkan, berlaku adil dan mengusahakan kedamaian serta keterbukaan kepada Allah dan sesama, mereka abaikan.

Karena dosa penduduk Sodom dan Gomora maka kutukanlah yang mereka dapat. Kota mereka dimusnakan. “Dimusnakan mengandung makna fisik dan spiritual. Secara fisik berarti kota itu diporakporandakan. Lalu secara spiritual berarti seluruh rasa aman, kedamaian, sukacita serta berkat diambil dari orang-orang yang menghuni kota itu”. Yang tinggal pada orang itu adalah kecemasan, kegelisahan, saling memangsai, ketidakadilan dan ketiadaan kedamaian. Singkatnya semua yang buruk akan mereka alami. Tetapi Tuhan membatalkan kutukannya karena di Sodom dan Gomora ada sejumlah orang yang hidupnya sangat takut akan Tuhan. Mereka hidup benar, sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ada dua kelompok orang yang hidup di Sodom dan Gomora yaitu orang fasik dan orang benar. Dua kategori orang ini selalu hidup berdampingan. Orang benar: kebaikannya diuji dengan tutur kata serta tingka laku orang fasik yang hidup berdampingan dengannya. Hidup orang fasik menjadi pemurni dan penguji bagi orang benar agar selalu hidup sesuai dengan komitmennya. Orang benar menjadi cermin dan penggugah bagi orang fasik untuk memperbaiki diri, berubah ke hal yang lebih baik. Memberi kesaksian dengan cara hidup yang baik. Confosius mengingatkan bahwa “Satu perbuatan baik mengalahkan 1000 kata-kata yang baik”. Tuhan senantiasa berbelaskasih kepada orang yang melakukan kebenaran. Ia bermurah hati kepada semua orang yang hidup benar serta bertobat dari segala kefasikan dan dosa. ( bdk Kej 18:20-32 “jangan kiranya Tuhan murka kalau aku berbicara”).

St. Paulus dalam karya pewartaannya ia berjuang untuk selalu menghidupi apa yang dia ajarkan dan mengajarkan apa yang dia hidupi. Ia melakukan hal ini berdasarkan kesadaran dan pengalaman hidupnya sendiri. Ia awalnya adalah seorang pengejar dan penindas orang yang mewartakan Kristus lalu kemudian ia bertobat dan menjadi orang yang mewartakan Kristus. Pengalaman pribadi sungguh mempengaruhi kesadaran dan kedekatan kita dengan Yesus.

Kamu telah dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan, dan di dalam Dia kamu juga turut dibangkitkan oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang membangkitkan Dia dari antara orang mati. Dahulu kamu telah mati karena pelanggaranmu, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ia telah menghapus segala pelanggaran kita, dengan kematianNya di kayu salib, (bdk Kol 2:12-14 “kamu telah dihidupkan bersama Kristus ketika segala kejahatanmu diampuni”).

“Mintalah maka kamu akan diberi” (bdk Luk 11: 1-13). Dalam teks ini ada tiga bagian penting. Pertama ayat 1-4: Yesus mengajar murid-muridNya berdoa. Kedua ayat 5-8: seorang sahabat di tengah malam dengan sangat berani meminta tolong pada temannya. Ketiga ayat 9-13: kekuatan doa.

Tuhan ajarilah kami berdoa. Sebuah permintaan yang sangat mendasar dari seorang murid. Ia mau supaya dalam kehidupan setiap hari ia bisa berkomunikasi secara baik dengan Allah. Doa pada dasarnya adalah dialog antara manusia dengan Tuhan. Dialog itu bisa secara bersama-sama dan bisa juga secara pribadi. Karena itu kita kenal ada doa bersama dan doa pribadi. Tujuannya agar kita semakin dekat dan memahami kemurahan dan kerahiman Allah. Dalam dialog ada kesempatan untuk berbicara dan ada juga kesempatan untuk mendengarkan. Dalam doa juga sama. Ada saatnya kita berbicara dan Tuhan mendengarkan. Lalu kita memberikan kesempatan Tuhan berbicara dan kita mendengarkan. Kalau hanya kita yang berbicara dalam doa, itu namanya monolog. Doa adalah berdialog dengan Allah. Dalam doa ada aspek ketersalingan, ada berbicara dan mendengarkan. Hal ini termasuk juga dalam keheningan berdoa, karena di saat itulah kita berjuang untuk berdialog dan mendengarkan Tuhan secara lebih intens dan personal.

1. Yesus mengajar murid-muridNya berdoa

Doa yang diajarkan Yesus kepada muridNya disebut doa Tuhan. Alasannya karena Yesus sendiri yang mengajarkannya. Lukas memberikan satu versi singkat dari doa Tuhan ini, dengan lima permohonan di dalamnya (Luk 11:2-4). Bapa, 1). dikuduskanlah namaMU, 2). Datanglah KerajaanMu, 3). Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya, 4). Dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; 5). Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.

Sedangkan Matius memberi satu bentuk yang lebih lengkap dari doa Tuhan dengan tujuh permohonan di dalamnya (Mat 6:9-13). Tradisi liturgi gereja mempertahankan bentuk yang ditulis Matius.

Bapa Kami yang ada di surga, 1). Dimuliakanlah namaMu, 2). Datanglah KerajaanMu, 3). Jadilah kehendakMu, 4). Berilah kami rejeki pada hari ini, 5). Dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampunii yang bersalah kepada kami, 6). Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, 7). Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

Kita bisa menyapa Allah sebagai Bapa, karena kita sadar bahwa kita adalah anakNya. Sebagai seorang anak, kita mestinya mengenal dan mengikuti apa yang Bapa ajarkan. Anak yang baik adalah anak yang selalu taat, mendengarkan dan melakukan apa yang bapanya nasihati dan ajarkan. Bapa kita yang di surga itu adalah Bapa yang sempurna. Ia baik. Ia mengenal anak-anakNya satu per satu, walaupun kita banyak. Ia memanggil kita dengan nama kita masing-masing (Yes 43: 1). Aku telah melukis engkau di telapak tanganKu (Yes 49:16).

2. Sahabat yang baik hati (Cerita memberikan roti kepada yang meminta di tengah malam)

Sahabat yang baik adalah dia yang selalu ada untuk teman-temannya. Ia bukan saja berada bersama temannya di saat mereka senang, tetapi terutama di kala mereka susah. Itulah yang ditampilkan oleh seorang sahabat dalam bagian kedua teks Lukas 11:1-13. Sahabat yang baik itu memberi apa yang diminta temannya, karena ia tidak malu untuk meminta dan ia meminta karena ia sangat membutuhkan pertolongan. Ia meminta bukan karena ia malas bekerja, bukan karena pasrah pada situasi, tetapi ia meminta dengan kerendahan hati karena ia ketiadaan roti untuk tamunya yang akan datang ke rumahnya.

Banyak orang dewasa ini, melakoni pekerjaan meminta-minta. Di kota-kota besar, seperti Jakarta, Medan, Surabaya ataupun di kota manca negara lainnya banyak kita jumpai orang semacam itu. Para ilmuwan sosial pernah membuat penelitian terhadap para peminta di Jakarta, banyak dari antara mereka yang mempunyai penghasilan Rp. 12 juta sebulan. Mereka memiliki rumah mewah di kampung asalnya. Itu mengalahkan gaji staff sebuah perusahan besar atau bank. Mereka tinggal di rumah mewah. Setiap hari mereka merias diri seperti orang yang tak punya, supaya menggugah orang untuk berbelaskasih. Hasil penelitian ini pernah menjadi berita utama pada media elektronik dan cetak nasional beberapa tahun yang lalu. Orang model seperti ini adalah pribadi yang menyalahgunakan kebaikan orang lain.

3. Buah doa: Mintalah maka akan diberikan, Carilah maka akan mendapat, Ketuklah maka pintu akan dibuka.

Ada seorang raja yang kaya raya dan baik hati. Ia selalu membantu orang yang datang memohon bantuannya. Cerita tentang kebaikan hati raja ini tersebar ke mana-mana. Ada banyak orang miskin datang meminta bantuannya. Istana raja ini besar. Mereka harus mengetuk pintu istana secara manual. Kebiasaan raja selalu ada dekat pintu utamanya. Raja sendiri yang akan datang untuk membuka pintu. Suatu hari ada 2 orang yang mengetuk pintu kerajaan bersama-sama. Mereka mengetuk banyak kali. Satu orang menghitung ketukan pintunya dalam hati. Setelah sampai hitungan ke 100 teman yang satunya berhenti mengetuk dan pergi dengan menyesal. Sedangkan yang satunya lagi, tetap berdiri di depan pintu itu. Dalam hati, ia berkata, coba kutambah ketukan sekali lagi. 101 kali ketukan. Pada ketukan ke 101 itu raja langsung membukakan pintu. Karena pada hitungan ke 101 itu, raja baru sampai ke pintu dari ujung bangunan kerajaannya. Orang miskin itu menyampaikan permohonannya. Raja memberi semua yang dia minta dengan bonusnya. Orang miskin itu pulang dengan senang hati. Perbedaan dari kedua orang miskin itu adalah pada kesabaran untuk “mencoba sekali lagi”. Mari kita terus mencoba untuk sekali lagi, dan lagi untuk memperbaiki diri dalam hidup setiap hari.

7 views0 comments

Recent Posts

See All

Коментари


bottom of page