top of page
Writer's pictureP. Greg Sasar Harapan,SVD

“ALLAH BARU” MENUSIA MELINEAL

Keluaran 32: 7-11.13-14; 1Timotius 1:1217; Lukas 15:1-32


Mengenang apa yang dilakukan oleh orang Israel selama masa kepemimpinan Musa, seakan mengingatkan bahwa kita kadang juga bersikap seperti mereka. Ketidaksetiaan mereka mendapat bentuknya yang baru dan bahkan lebih dasyat lagi di zaman kita. Kita kadang menciptakan "allah-allah" lain dalam hidup, lalu kepadanya kita bergantung serta berharap untuk sesuatu yang lebih baik dalam hidup. Kelakuan yang mengabaikan Tuhan oleh orang Israel pada masa lalu, sekarang semakin menjadi-jadi di masa kita. "Allah-allah baru” kita sembah dan mendapat tempat utama dalam hidup. Kalau orang Israel membuat patung anak lembu tuangan yang menjadi allah mereka, lalu "allah-allah" baru kita berupa:

1). Kekuasaan: pangkat dan jabatan. Orang berjuang supaya memiliki kekuasaan. Kadang kekuasaan itu dikejar dengan mengorbankan apa saja, termasuk kedamaian anggota keluarga. Kalau anggota keluarga sudah dikorban, maka orang di luar itu dilihat sebagai obyek yang bisa dimanfaatkan demi tujuan yang ingin diraih.

Padahal manusia, siapa pun dia adalah subyek yang merdeka. Ia tidak pernah boleh dikurangi haknya apalagi dijadikan obyek dari kebutuhan sesamanya. "Kekuasaan: pangkat dan jabatan" itu untuk melayani. Orang yang menjadi pemimpin harus ada di garda terdepan untuk menciptakan kebaikan bagi semua. Prinsipnya "kebaikan umum” yang diutamakan dan diperjuangkan setiap saat.

2). Kekayaan: materi / uang. Orang mengkonsentrasikan seluruh hidupnya untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Kadang untuk memperoleh uang, cara apa saja dilakukan. Tidak peduli merugikan orang lain atau tidak, yang penting "aku senang". Setiap hari hanya uang yang menjadi prioritas, bermimpi tentang uang, mengigau pun tentang uang. Bertengkar tentang uang jangan dibicarakan lagi. Kita pikir yang ribut tentang uang itu hanya orang yang tidak memiliki uang, ternyata orang yang punya banyak uang pun lebih seru lagi “ribut”nya tentang uang (Akong). Menghalalkan cara demi tujuan, tidak pernah dibenarkan secara moral.

Semua orang, siapa pun dia membutuhkan uang. Uang hanya menjadi sarana yang membantu agar kedamaian, sukacita dan kesejahteraan menjadi milik sebanyak mungkin orang. Uang adalah sarana, bukan tujuan. Ia memperlancar karya, pelayanan dan mencukupi kebutuhan hidup. Uang bukan pengontrol, pengendali serta yang mengatur kita, tetapi kitalah yang mengontrol, mengendali dan mengaturnya. Uang mesti kita "yang genggam" bukannya uang yang menggenggam hidup kita.

3). Kenikmatan - hedonisme. Kalau orang sudah mempunyai kuasa dan uang, maka buntutnya hanyalah menomorsatukan kepentingan diri, kesenangan serta kenikmatan. Hedonisme menjadi kosa kata utama dalam hidup. Yang penting nikmat, peduli amat dengan yang menderita karenanya. Inilah "allah-allah lain” yang mempengaruhi hidup manusia zaman ini.


Lebih konkritnya "allah-allah lain” yang sering di sembah orang setiap hari menggantikan Yesus adalah:

1. TV . Orang menjadi begitu terikat dengan TV, dengan sinetron, film atau acara olahraga sampai lupa memperhatikan anak yang menangis membutuhkan kasih sayang, lupa mendengarkan orang lain yang membutuhkan bantuan, lupa akan lonceng gereja yang memanggil untuk perayaan liturgis, pekerjaan lain ditunda, bahkan sadisnya sampai lupa menyediakan kebutuhan anggota keluarga.

2. Internet / HP. Orang menghabiskan banyak waktu untuk bermain game online, chatting dengan orang yang hanya bertemu di dunia maya dan judi online. Hasilnya kita yang selalu yang menjadi korban, mengalami kerugian besar: uang, waktu dan bahkan keretakan dalam keluarga. Internet / HP: membuat orang lupa untuk: berkomunikasi yang baik dalam keluarga, bercerita dengan anak-anak, makan bersama keluarga, menyelesaikan PR, belajar, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan lain yang lebih mendesak.

3. Alkohol. Orang bergantung pada alkohol. Tanpa alkohol semacam tidak ada lagi semangat hidup. Semakin banyak mengkonsumsinya, yang terjadi bukannya bertambah semangat hidup, tetapi ketergantungan.

4. Zat-zat adiktif (narkoba, morfin, sabu, marijuana). Orang menjadi sangat tergantung padanya. Karena ketergantungan dan ketiadaan uang untuk membelinya, maka tindakan kejahatan dilakukan, pencurian, perampokan dan bahkan sampai membunuh orang lain hanya untuk mendapat sepeser uang untuk membeli zat-zat adiktif. Kadang martabat diri pun dikorbankan deminya.

Kalau kita menciptakan dan menyembah “allah-allah lain” dalam hidup, buntutnya pasti banyak mengalami ketidakdamaian. Cukupkan hidup kita dengan mengandalkan kasih Allah dengan hikmatNya dan rendah hati.

Kasih yang Tuhan berikan kepada Paulus adalah sama dengan cintaNya yang Ia berikan kepada kita. Paulus mengalami kebesaran kasih Yesus, karena dia mau bertobat, bukan dengan kata, tetapi dengan cara hidupnya sendiri. Paulus menerima rahmat yang begitu besar dari Yesus, karena Ia benar-benar meninggalkan manusia lamanya dan hidup sesuai dengan kasih karunia Tuhan. Ia tidak mau digenggam oleh masa lalunya.

Paulus menghidupi semangat pertobatannya. Ia tidak kembali ke masa lalunya, tetapi ia berjalan terus menuju masa depan bersama Yesus yang dia imani. Yesus mengangkat Paulus dari keterpurukannya untuk menjadi sarana rahmat bagi orang lain. Tuhan terus menggunakan kita untuk menjadi saranaNya membawa sesama kepada keselamatan.

Setiap kita adalah sarana keselamatan untuk sesama. Seperti Musa adalah sarana keselamatan untuk orang Israel, maka demikianlah setiap kita yang mengikuti Kristus harus menjadi sarana yang menyelamatkan untuk orang lain, yang merindukan "kebenaran sejati" yaitu Yesus sendiri. Yesus telah menyelamatkan Paulus, maka Yesus yang sama akan menyelamatkan kita dari segala situasi kedosaan yang kita alami. Yang kita perlukan yaitu bertobat. Jangan tunggu lagi, bertobatlah. Yesus tetap sama, kemarin, hari ini dan selamanya.

Yesus menerima orang berdosa untuk menjadi pendengarnya dan makan bersama dengan mereka (pemungut cukai & orang berdosa). Kenyataan ini membuat orang Farisi dan para ahli Taurat marah. Masa Mesias makan bersama dengan orang berdosa? Padahal mereka lupa bahwa misi Yesus adalah untuk menyelamatkan orang berdosa. Tuhan senantiasa berbelaskasih kepada orang yang membutukan pertobatan. Yesus selalu memberi dan menciptakan peluang untuk orang bertobat, melalui pengalaman dan situasi hidup yang dialami setiap hari.

Kesabaran, kasih serta pengampunan Tuhan itu nampak dalam pengalaman hidup orang-orang yang bertobat. Paulus, para santu-santa dalam gereja (st. Agustinus) dan juga pertobatan dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Banyak contoh nyata, orang berbalik 180% derajat dari masa lalu mereka.

Kita perlu bertobat dari banyak hal yang membuat kita jauh dari Tuhan. Kita memperbaiki cara berpikir, yang terlalu egosentris ke lebih memikirkan cakupan yang lebih luas. Kita bertobat dari cara berbicara kita yang terlalu menganggap diri hebat dan mengabaikan orang lain. Kita bertobat dari sikap kita yang membuat Tuhan tidak mendapat tempat dalam diri kita. Mari kita membaharui diri dengan “bertobat dan sekali bertobat”.

30 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page