top of page

KELUARGA SEKOLAH KEJUJURAN

Minggu 25 C – 2019

Amos 8:4-7 ; 1Timotius 2:1-8; Lukas 16:1-13


Amos menyampaikan peringatan untuk orang yang “menginjak-injak orang miskin dan membinasakan orang sengsara; mereka yang menipu, memanipulasi dan yang memperdayakan orang lain; Allah tidak melupakan perbuatan orang-orang seperti ini” (bdk Am 8:4-7). Memasuki abad ke VIII sebelum masahi, Kerajaan Israel sangat kaya dan makmur. Ironisnya pada masa yang sama hak milik orang-orang kecil dirampas dan kekayaan hanya tertumpuk pada sekelompok orang. Jumlah orang miskin bertambah dari waktu ke waktu. Kekayaan yang bertumpuk pada sekelompok orang menjadi ancaman bagi kaum miskin dan papa.


Melihat situasi ini, Tuhan tidak tinggal diam. Ia memilih Amos, seorang gembala dari Tekoa, suatu dusun kecil yang terlekak kira-kira 9 KM sebelah selatan Betlehem, di tanah Yehuda. Allah mengambil Amos dari kawanannya dan mengutusnya ke daerah tetangga di bagian utara yaitu ke Israel. Amos memulai kegiatan kenabiannya di kota-kota Israel, melawan ketidakadilan sosial dan kehidupan keagamaan yang mengutamakan hal-hal yang bersifat lahiriah saja. Ia memperingatkan Israel bahwa akan ada hukuman dari Tuhan dan mereka akan dibuang ke tempat pengasingan.


Amos adalah “nabi keadilan sosial”. Dia mengingatkan kita bahwa Allah adalah pembela hak-hak orang miskin. Ia adalah seorang nabi yang senatiasa memperjuangkan keadilan dalam kehidupan setiap hari. Ia mau agar setiap orang hidup sebagai saudara dengan mengutamakan "keadilan". Kalau ada keadilan maka kehidupan akan dipenuhi dengan sukacita dan kedamaian. Prinsip utama dalam kehidupan setiap hari yaitu “tidak mengorbankan orang lain untuk kepentingan diri sendiri”. Situasi ketidakadilan yang dialami orang pada zaman Amos mendorongnya dengan penuh keberanian untuk melawannya setiap waktu dan mengembalikan orang ke jalan yang benar.


Memperjuangkan keadilan selalu mendapat perlawanan dari pelaku ketidakadilan. Umumnya, yang berlaku tidak adil banyak dipraktekan oleh orang-orang "berduit", yang menghambakan diri pada uang. Hidup orang seperti ini digenggam oleh uang. Uang mengkrangkeng hidup mereka. Harus diingat bukan semua kaum "berduit" tetapi hanya mereka yang menghambakan dirinya pada uang. Mereka yang membiarkan hidupnya digengam dan dikontrol oleh uang. Kalangan seperti ini, menjadi pelaku sadis yang bisa menukar hak dan bahkan hidup orang dengan uang. Tetapi ironisnya yang mereka lakukan bukan untuk kebaikan orang lain, melainkan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Hanya "saya" yang menjadi kamus utama dalam hidup mereka. Orang lain diabaikan, bahkan tidak pernah masuk dalam pertimbangan hidupnya. Orang lain menderita, mengalami kesulitan dan diabaikan, mereka tidak pedulikan. Amos sangat getol membela kaum yang diabaikan, dipinggirkan dan tidak diperhitungkan dalam masyarakat. Semoga kita menjadi pelaku keadilan mulai di dalam keluarga kita masing-masing.


Paulus menasihatkan: “untuk memanjatkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur kepada Allah bagi semua orang, bagi pemerintah dan penguasa, agar kita dapat hidup aman dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Allah menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Allah itu esa, demikian juga Pengantara Allah dan manusia yaitu Yesus. Ia menyerahkan diri untuk menjadi tebusan bagi semua orang. Paulus menjadi pengajar orang-orang bukan Yahudi dalam iman dan kebenaran (bdk 1Tim 2:1-8).


Cara Paulus menyakinkan orang yaitu dengan memperkenalkan dirinya dan memberi kesaksian tentang apa yang dia alami dalam hidupnya. Ia tidak menyembunyikan apa yang pernah terjadi dengan dirinya sebelum dia mengenal Kristus, bahwa dia adalah seorang berdosa. Kemudian ia bertobat dan menghidupi pertobatannya dengan memberi kesaksian tentang Yesus yang dulu dia benci, tetapi sekarang Yesus itulah yang dia percaya, dia wartakan dan memberi kesaksian tentang segala yang telah dilakukanNya selama Ia hidup di dunia ini dan sesudah Ia bangkit. Yesus adalah juru selamat, yang menyelamatkan semua orang, yang bertobat.


Ajakan Paulus untuk pengikut Kristus agar saling mendoakan. Dalam praktek doa pribadi, jangan lupa berdoa untuk kepentingan orang lain juga. Setiap orang, siapa pun dia membutuhkan bantuan dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Hindari sikap egois dalam berdoa. Maksudnya, jangan hanya berdoa untuk diri sendiri, tetapi berdoa juga untuk orang lain: sanak keluarga, sahabat dan kenalan, masyarakat, pemimpin dan orang-orang dengan kebutuhan khusus. Kita berdoa juga untuk musuh dan orang yang membenci kita, untuk mereka yang tidak beruntung nasibnya. Dan terutama diingat dalam doa-doa, kita memohon untuk perdamaian dunia, negara, lingkungan dan tempat di mana kita tinggal. Semoga kedamaian dan keadilan menjadi milik semua orang di bumi ini.


Doa yang tulus dari setiap sanubari yang merindukan Tuhan senantiasa didengar dan dikabulkan Tuhan. Kita membiasakan diri untuk selalu memanjatkan pujian dan syukur serta permohonan kapan dan di mana saja, baik seorang diri maupun bersama dengan orang lain. Kita meningkatkan frekwensi dialog / komunikasi dengan Tuhan lewat doa.

Dewasa ini hampir setiap orang menggunakan mobile phonenya untuk berbicara dengan teman atau mengirim pesan. Tetapi hanya sedikit orang yang rutin setiap hari berdoa, mengucap syukur, menyampaikan permohonan kepada Tuhan. Lalu kita masuk kategori yang mana, kelompok yang rajin memakai mobile phone setiap hari tetapi lupa Tuhan atau yang selalu ingat dan berbicara dengan Tuhan setiap hari?


Cerita tentang seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara yang “menghambur-hamburkan miliknya”, ada pada teks Lukas 16: 1-13. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang dengan kinerja bawahan atau pembantunya yang tidak bertanggungjawab, apalagi kalau menghambur-hamburkan aset tuannya. Yang terjadi: bawahan seperti itu, akan selalu dimarahi dan buntutnya dipecat kalau tidak ada perubahan setelah ditegur baik lisan maupun tertulis. Dalam dunia demokratis, teguran tertulis diberikan sesudah mendapat teguran lisan tiga kali. Sesudah tidak mengindahkan teguran lisan, lalu menyusul teguran tertulis, dan itupun hanya bisa sampai tiga kali. Sesudah itu, kalau tidak juga melakukan perubahan, maka dipecat. Tetapi semua ini tergantung dari bobot kelalaian atau kesalahan bawahan. Karena ada juga kasus di mana bawahan langsung dipecat setelah melakukan kelalaian atau kesalahan tertentu. Semuanya itu, tergantung dari aturan yang diketahui bersama sejak awal seseorang diterima bekerja di tempat tuannya tersebut.


Menjaga kepercayaan adalah hal yang sangat sensetif dan penting dalam kehidupan setiap hari. Kalau kita menjaga kepercayaan yang diberikan kepada kita, maka orang akan memberikan kepercayaan yang lebih besar lagi. Karena orang akan merasa aman dan percaya dengan kita. Kalau kita setia dalam melaksanakan hal yang kecil, orang akan mempercayakan hal-hal yang besar kepada kita. Karena itu, jangan pernah mencederai kepercayaan yang orang lain berikan kepada kita dan jangan pernah menodai kesetiaan dan tanggung jawab yang orang berikan kepada kita. Sebab sekali kita tidak dipercayai, maka untuk selamanya tidak akan dipercayai lagi. Sekali kita tidak setia dan menodai tanggungjawab yang diberikan, untuk selamanya kita tidak diperhitungkan lagi.


Hal ini menjadi the golden rule, yang orang selalu pegang. Orang bijaksana selalu menasihatkan "jagalah kepercayaan yang orang lain berikan kepadamu". Jangan menjanjikan kalau kita tidak bisa penuhi. Jangan mengatakan ya, kalau kita tidak bisa. Yang harus kita buat adalah berbicara jujur apa adanya, kalau kita bisa katakan bisa, kalau tidak katakan tidak. Atau kita memberitahukan "level" kemampuan kita tentang sesuatu.


Dalam “ziarah misi lintas budaya, teritorial dan kategorial yang saya alami”, kadang saya heran, banyak orang (ada orang) kalau dimintai untuk mendiskusikan sesuatu untuk dilaksanakan, selalu mengatakan "gampang pastor, muda pastor, nanti saya buat pastor". Setelah ditunggu, seminggu, sebulan dan lebih lama lagi, ternyata tidak ada tindak lanjutnya. Lalu, apa artinya "gampang, muda dan nanti saya buat pastor"?


Budaya jujur mungkin masih jauh dari kebiasaan negeri ini. Tetapi, jangan pernah lupa pesan “bapa dan mamamu”, untuk selalu berlaku jujur dan rendah hati dengan orang lain dalam hidup setiap hari. Andaikan itu, mereka belum sampaikan, sekarang kusampaikan untukmu. Anjuran praktis untuk setiap orang agar “seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kita tidak bisa mengabdi kepada Allah dan kepada mammon”.


Allah menghendaki kita agar mempunyai komitment yang kuat dalam hidup. Kita harus berpegang teguh pada prinsip hidup yang posetif. Pada gilirannya komitmen dan prinsip hidup akan membuat kita aman, damai dan bahagia dengan pilihan itu. Tetapi kalau kita menghidupi dualisme dalam hidup, maka lambat laun kita akan terombang ambing dan akhirnya menderita karena kebinggungan yang kita ciptakan sendiri. Hidup menjadi seperti makan “buah simalakama”.


Mari kita kembali fokus pada Yesus, Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita, yang penting kita setia dan hanya mengabdi kepadaNya sebagai Tuhan atas kehidupan kita. Mari kita memberi diri, untuk digenggam oleh Yesus. Genggaman cintaNya selalu membebaskan. Sekarang, kita dengan tegas menolak agar tidak digenggam oleh uang dan sekutunya. Mari kita “menggenggam uang” dan mengontrolnya. Dan jangan pernah sekali-kali memberi diri untuk dikontrol apalagi digenggam oleh uang. Uang hanya sarana untuk kebaikan bukan tujuan hidup kita.


20 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


bottom of page