top of page

JALAN MENUJU SUKACITA : TERBUKA TERHADAP KEHADIRAN TUHAN

Minggu Biasa XVI C

Kejadian 18: 1-10a, Kolose 1: 24-28, Lukas 10: 38-42

Rm. Gregory Harapan, SVD


Abraham adalah tokoh penting dalam Perjanjian Lama yang mempunyai pengaruh besar untuk sejarah orang Israel dan juga generasi sesudahnya sampai dengan sekarang. Pengaruh Abraham bukan karena harta kekayaannya, bukan pula karena orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi lebih karena "iman"nya akan Allah. Ia menyerahkan seluruh hidupnya kepada kehendak Allah. Ia membiarkan hikmat Allah menguasai hidupnya: tutur kata, tingka laku dan jalan yang ia lalui. Ia selalu terbuka terhadap rencana Allah, walaupun kadang dia tidak mengerti dengan rancangan Allah itu.

Abraham digelar sebagai “bapa iman”. Gelar itu diberikan karena kesetiaan dan keteguhan imannya kepada Allah. Kita yang mengikuti Kristus, hendaknya memiliki iman model Abraham yang menyerahkan seluruh hidup ke dalam penyelenggaraan Allah. Dengan itu, membantu Abraham untuk mengenal kehadiran Allah melalui utusanNya dan juga dalam peristiwa hidup yang dia alami.

Cerita Kitab Kejadian 18:1-10a, menunjukkan hal itu kepada kita.

1. Abraham mengenal utusan Tuhan. Ia menyonsong mereka dengan senang hati dan menawarkan makanan serta minuman untuk memuaskan dahaga dan rasa lapar mereka. Abraham berbaik hati kepada mereka, pertama-tama karena dia melihat orang lain adalah tanda kehadiran Allah. Melalui orang lain cinta Allah menjadi nyata dalam kehidupan setiap hari.

2. Abraham diberkati. Sara isterinya akan mempunyai keturunan. Atas kebaikan dan keterbukaan hati Abraham terhadap utusan Allah, ia mendapat berkat. Abraham sudah lama merindukan keturunan, maka Tuhan mendengarkan kerinduan hatinya dan memberikan apa yang dia butuhkan. Walaupun saat itu, usia Sara sudah tua. Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Iman akan Allah itu kadang diuji dengan hal-hal yang di luar daya pemahaman pikiran manusia.

Kebaikan yang kita amalkan selalu berbuah kebaikan. Apa yang baik yang kita lakukan dalam kehidupan setiap hari, pada gilirannya kita juga akan menerima hal yang sama atau bahkan melebihi apa yang kita telah lakukan. Segala sesuatu yang kita lakukan untuk orang lain, akan orang lain juga lakukan untuk kita. Mungkin bukan dari orang yang pernah kita bantu, atau dari orang yang pernah kita tolong, atau yang pernah mengalami kebaikan kita, tetapi bisa saja dari orang lain yang mungkin kita tidak kenal. Allah selalu menunjukkan kebesaranNya dalam hal-hal yang kadang sukar untuk kita mengerti dengan indra manusiawi.

Allah menggunakan semua orang yang berkehendak baik untuk menyatakan cintaNya kepada kita. Hal yang sama, yang Abraham alami, Allah hadir dan membantunya melalui orang-orang yang ia tidak kenal, tetapi dia menyadari mereka itu adalah utusan Tuhan.

Setiap kita adalah utusan Allah bagi orang lain. Pertanyaannya: 1) Apakah kita sadar bahwa kita adalah utusan Allah? 2) Berapa sering dalam kehidupan harian, kita menampilkan diri sebagai utusan Allah? Kadang hal yang sebaliknya yang kita lakukan. Kita menjadi musuh Allah.

Ada dua figur yang berbeda, yang diceritakan dalam Lukas 10:38-42 yaitu figur Marta dan Maria. Figur mereka menggambarkan karakter manusia secara umum.

1. Marta adalah seorang yang sibuk melayani. Ia menyibukkan diri untuk membuat tamunya merasa at home. Sedangkan Maria, adalah seorang yang mempunyai sebuah hati yang siap untuk mendengarkan. Maria memilih untuk mendengarkan, karena tamu yang datang itu adalah seorang yang spesial. Dia adalah Yesus, Tuhan. Moment bersama Yesus itu adalah rahmat, sehingga dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Maria. Tujuannya agar dia mempunyai cukup waktu untuk mendengarkan apa yang Yesus katakan dan kemudian dipraktekan dalam hidup nyata. Hidup sesuai dengan kehendak Yesus.

2. Marta juga mengetahui bahwa Yesus adalah Tuhan. Karena itu, dia mau menjamu Tuhannya dengan hal yang terbaik yang ia miliki. Kesibukan Marta adalah mengurus hal-hal yang bersifat jasmani: makan dan minum. Hospitalitasnya. Sedangkan Maria sibuk dengan hal spritual, ia meluangkan waktunya untuk mendengar Yesus. Penyegaran rohani / spiritual. Spiritual nourishment.

3. Pilihan Marta dan Maria mengandung makna yang sangat dalam. Yesus memuji orang yang mengutamakan hal yang spiritual sifatnya. Sedangkan orang yang mengutamakan hal-hal jasmaniah, dikritik oleh Yesus. Alasannya, karena yang spiritual itu sifatnya kekal. Ia tinggal tetap bersama orang yang berjuang untuk memperolehnya. Hal spiritual itu menjadi daya dorong (opium) untuk bisa mencari hal-hal jasmani lainnya yang kita butuhkan. Kekayaan spiritual memampukan orang untuk mengenal kebutuhannya yang hakiki. Sesudah kita memiliki apa yang hakiki untuk hidup kita, yang lainnya akan dilengkapkan dengan sendirinya. Semuanya akan indah pada waktunya.

Karakter yang ditampilkan Marta dan Maria, adalah dua tipe kecendrungan manusia yang senantiasa mempengaruhi pilihannya. Apa prioritas dalam hidupmu: yang spiritual atau jasmaniah? Keduanya harus diseimbangkan. “Iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak: 2:26) dan “jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan” (2Tes 3:10).

Rasul Paulus membagi pengalaman dan keyakinan pribadinya dengan orang Kolose. Ia bersukacita dalam penderitaan karena pelayanan kepada jemaat, karena ia mengikuti Kristus dengan setia. Paulus melihat perutusannya, sebagai sebuah tugas yang diberikan Allah sendiri, untuk meneruskan firmanNya kepada jemaatNya. Rahasia Allah begitu besar bagi umatNya, yaitu Kristus ada di tengah-tengah kita. Kristus yang dialami, itulah yang diwartakan dengan jemaatNya. Paulus menuntun orang-orang yang dia jumpai menuju kesempurnaan dalam Kristus (bdk Kol 1: 24-28). Semoga kita sanggup menuntun diri sendiri dan menghidupi teladan Rasul Paulus ini.


46 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page