MINGGU 2 ADVEN
Tahun A/II 2019
Yesaya 11:1-10; Roma 15: 4-9; Matius 3:1-12
Dalam masa advent ada beberapa hal yang perlu dibangun:
Merindukan Tuhan. Ada sebuah sikap spiritual merindukan Tuhan. Seseorang rindu untuk dekat denganNya. Kalau kita merindukan Tuhan, maka perlu persiapan. Persiapan yang paling utama yaitu hati. Hati kita adalah rumah Allah, tempat dan sumber kedamaian. Hati kita harus baik, maka perlu merawat agar pikiran kita juga baik, demikian juga sebaliknya. Hati dan pikiran yang baik erat hubungannya dengan kerendahan hati. Orang yang rendah hati selalu memberi tempat buat Tuhan dalam hidupnya. Orang yang rendah hati, selalu melihat hal posetif dalam diri sesamanya. Kerendahan hati adalah sumber segala yang baik dan jalan kepada kebijaksanaan.
Metanoia. Perlu semangat metanoia agar hati (jiwa) kita baik. Pertobatan yang tulus mulai dengan pertobatan hati. Hati kita yang harus dibersihkan dari segala hal yang tidak baik. Pertobatan hati yaitu penyesalan akan semua yang tidak baik mulai dari dalam diri (hati). Dengan menghidupi semangat pertobatan hati, maka kita akan memiliki kerendahan hati dan keterbukaan terhadap sesuatu yang lebih luhur (kehendak Allah).
Pembaharuan diri secara terus menerus. Kita perlu memperbaiki yang salah dan meningkatkan serta melipatgandakan kebaikan yang telah kita miliki. Membaharui diri adalah proses sepanjang hidup, dan ia tidak mengenal usia. Renewal oneself is an unending process.
Kesaksian Yesaya.
“Ia akan menghakimi orang lemah dengan adil. Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan. Ia tidak menghakimi menurut kata orang. Ia menghakimi dengan keadilan dan kejujuran. Ia tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan. Srigala akan tinggal bersama domba, macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan bersama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang berbuat jahat dan berlaku busuk di seluruh gunungKu yang kudus”( Yes 11:1-10 ).
Yesaya menggambarkan suatu dunia baru, situasi yang penuh dengan keharmonisan dan kedamaian. Tidak ada satu pun ciptaan di kolong langit ini yang saling mencederai dan mencelakakan. Semua makluk ciptaan ada dalam kesetaraan yang adil. Setiap ciptaan unik adanya, karena itu semuanya saling memberi arti, saling memaknai sehingga dunia ini menjadi semakin indah untuk dihuni. Bumi sekali lagi digambarkan sebagai rumah keadilan, kedamaian, sukacita dan keharmonisan.
Keharmonisan terjadi kalau ada: rasa aman, saling menghargai, saling pengertian, keadilan, kedamaian, dan tetap membiarkan semuanya bertumbuh secara alamiah dalam keselarasan. Perjuangan untuk menciptakan keadilan, kedamaian, kejujuran dan sukacita adalah usaha manusia untuk kembali menyelaraskan adanya dengan kehendak dan rencana agung Tuhan. Semua ciptaan yang ada adalah sarana keselamatan. Yesaya sekali lagi menghantar dan menyadarkan kita untuk kembali ke tujuan utama ini, “menjadi sarana keselamatan” bagi yang lain.
Kesaksian Rasul Paulus
“Kristus menyelamatkan semua orang. Segala yang tertulis dalam Kitab Suci adalah pelajaran dan pegangan hidup. Allah adalah sumber pengharapan dan ketekunan, serta penghiburan. Ia menganugrahkan kerukunan kepada kamu, agar menjadi satu hati dan satu suara untuk memuliakan Allah. Terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus telah menerima kita. Kristus adalah pelayanan semua orang” (Rom 15:4-9)
Paulus memberi kesaksian bahwa Kitab Suci itu penting untuk setiap orang. Kitab suci menjadi pegangan hidup dan sumber penghiburan. Paulus menyatakan ini, lahir dari pengalaman pribadinya. Ia adalah orang yang setia membaca, merenungkan dan menghidupi nasihat Kitab Suci. Ia kembali menunjuk kepada Kristus sebagai contoh hidup. Kristuslah pelayanan semua orang. Ia mempersatukan semua orang dari pelbagai suku, bangsa dan bahasa. Dalam Kristus semua orang adalah satu dan sama. Semua orang adalah putra-putri Allah yang merdeka, karena telah ditebus oleh Yesus melalui pengorbanan diriNya di kayu salib.
Mari kita terus berguru pada Kristus dan belajar dariNya, agar di bumi ini ada kedamaian, keadilan, kejujuran, kebenaran dan sukacita. Semuanya itu, kita harus mulai dari diri sendiri. Kita mengusahakan damai, keadilan, kejujuran, kebenaran serta sukacita pertama-tama untuk diri sendiri. Kemudian hasil posetifnya kita bagi dengan orang lain. Kita hanya bisa membagi apa yang kita sudah miliki.
Belajar dari Yohanes Pembaptis.
“Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun Yudea memberitakan “bertobatlah, sebab Kerjaan surga sudah dekat”. Yesaya sudah lebih dahulu menubuatkan tentang misi Yohanes: ‘ada suara yang berseru-seru di padang gurun: persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya’. Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, makanannya belalang dan madu hutan. Orang bertobat dan mengaku dosa serta memberi diri untuk dibaptis. Hasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Kapak sudah tersedia pada akar pohon, setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Yohanes membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan. Yang akan datang kemudian darinya akan membaptis dengan Roh Kudus dan api. Alat penampi sudah ditanganNya, Ia akan memisahkan yang baik dan yang buruk” (Mat 3:1-12)
Yohanes Pembaptis dengan sangat berani mengingatkan orang Yudea untuk bertobat. Ajakannya didengar dan dilaksanakan mereka karena Yohanes sendiri menghidupi apa yang dia katakan yakni “bertobatlah”. Pertobatan yang dibuat Yohanes ada empat dimensinya yaitu dengan Tuhan, sesama, diri sendiri serta alam sekitar.
Dengan Tuhan, ia kembali meluruskan, meratakan dan mempersiapkan jalan bagiNya. Ia berbalik dari seluruh hal yang tidak baik yang pernah ia lakukan, agar Tuhan berkenan untuk hidup dalam dirinya.
Dengan sesama: ia memberi contoh dengan hidupnya sendiri, lalu mengajak mereka untuk membersihkan diri bagi Tuhan. Ia mengajak mereka untuk bertobat, mengakui dosa dan menyesal atas semuanya serta tidak melakukannya lagi. Buah pertobatan Yohanes, menggerakan orang yang mendengarnya untuk membersihkan diri dari semua kebiasaan yang buruk.
3Dengan diri sendiri: Yohanes membangun pertobatannya dengan seluruh kesadaran. Ia menarik diri dari dunia orang kebanyakan dan menyepi. Ia hidup di padang gurun dan bergantung penuh dari kemurahan Tuhan. Ia hanya makan dari pemberian Tuhan, belalang dan madu hutan. Ia kembali ke alam. Maksudnya ia kembali ke situasi asli penciptaan bahwa segala sesuatu pada awalnya baik adanya. Yohanes kembali hidup baik dengan memberi tempat bagi Allah dalam hatinya.
Dengan alam; Yohanes menghargai segala yang ada dengan tidak merusak atau menguranginya. Tetapi yang ia lakukan yaitu memanfaatkannya secara bertanggungjawab untuk kebaikannya dan demi keseimbangan alam. Ia makan belalang dan madu hutan. Ia hidup selaras alam.
Kita juga diajak oleh Yohanes pembaptis untuk bertobat dengan empat dimensi yang sama yaitu dengan Tuhan, sesama, diri sendiri dan alam.
Mari kita memboboti adven dengan merindukan Tuhan, sambil bermetanoia dan membaharui diri secara terus menerus. Pisau menjadi semakin tajam karena terus di asa, demikian juga hati kita akan menjadi peka akan kehendak Tuhan kalau terus dibaharui.
Comments