Ciptaan Pertama Dan Dosa Asal
Kitab pertama Musa mengingatkan kita tentang kisah penciptaan, teristimewa tentang “ciptaan pertama dan dosa asal”. Allah membentuk manusia dari debu tanah. Ia membuat taman di Eden, dengan segala tumbuhan. Ia menumbuhkan pohon kehidupan dan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ia menciptakan segala binatang, dari semua binatang yang ada di darat, ularlah yang paling cerdik. Tuhan melarang Adam dan Hawa untuk tidak memakan dan merabah buah pohon yang ada di tengah taman. Kalau mereka makan mereka akan mati. Ular mencobai perempuan itu, “sekali-kali kamu tidak akan mati” kalau kamu makan buah pohon ini. Tetapi Allah mengetahuinya, pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Lalu peremupuan itu memakan buah pohon itu dan juga memberikannya kepada suaminya untuk dimakan. Setelah mereka memakannya, mata mereka terbuka bahwa mereka telanjang…” (bdk Kej 2:7-9, 3:1-7)
Pada awal mulanya Tuhan menciptakan segala sesuatu baik adanya. Ia menciptakan semua yang ada, dari ketiadaan. Setelah semua yang lain ada, barulah Ia menciptakan manusia. Kepada manusia diserahkan taman Eden/ Firdaus. Dalam taman itu segala sesuatunya ada. Manusia pertama hidup dalam kelimpahan, karena semuanya dijamin Allah.
Manusia tidak pernah puas dengan situasi, dengan apa yang ada. Ia selalu ingin lebih. Ia ingin melampaui apa yang sudah ada. Segala sesuatu yang ada dalam taman Eden diberikan secara cuma-cuma kepada manusia: tumbuh-tumbuhan dan margasatwa. Hanya satu yang dilarang Tuhan, yaitu jangan memakan buah pohon kehidupan dan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat yang ada di tengah taman.
Tetapi justru karena dilarang, manusia ingin tahu, ingin melihat lebih jauh apa yang ada di baliknya. Keinginan manusia, antara mau mencoba dan tidak melawan apa yang Tuhan larang, selalu berperang dalam diri. Pergolakan batin, keingin-tahuan itu, menjadi sekian besar setelah ditantang oleh ular, yang dijuluki sebagai binatang yang paling cerdik dari segala binatang yang ada di darat. Ular pertama-tama, menantang pemahaman (pengetahuan manusia) tentang segala sesuatu yang ada di taman Eden. Versi ular, segala yang ada itu boleh di makan. Lalu kesadaran alamiah manusia, menjawab cobaan itu, dengan mengatakan tidak semuanya bisa dimakan. Ada sesuatu yang dilarang Tuhan, supaya jangan disentuh dan dimakan. Setelah mengetahui jawaban itu, ular maju selangkah lebih jauh, dan bertanya tentang alasannya? Ia bertanya untuk menguji seberapa dalam pemahaman dan ketangguhan manusia dalam mengikuti Allah. Inilah kecerdikan ular, menggoyangkan prinsip hidup yang sudah ada serta kebenaran yang sudah tertanam.
Manusia menjelaskan, “kalau kami makan buah pohon kehidupan itu, kami akan mati”. Ular menangkap kecemasan manusia, yaitu takut mati. Mati dalam artian ini yaitu binasa, kehilangan jaminan hidup dan jatah untuk tinggal di taman Firdaus serta menikmati segala yang ada dengan cuma-cuma. Lalu ular memberi satu hiburan cerdik, kalau kamu makan buah itu, kamu sekali-kali tidak mati, tetapi kamu akan sama seperti Allah, kamu mengenal yang baik dan yang jahat.
Serangan cerdik si ular, membuat manusia goyah, berbanding lurus dengan semakin meningkatnya rasa ingin-tahu. Karena itu ia mencoba. Sesudah yang seorang mencoba, lalu diajak juga yang lain untuk mencoba. Mereka saling memberi cobaan. Tujuannya supaya semua menjadi sama, “kalau saya baik yah sama-sama baik, dan kalau saya salah yah sama-sama salah juga”. Ada prinsip “paralelisme dalam kejahatan”. Memang manusia tidak mau menanggung kosekwensi dari apa yang diri sendiri lakukan. Selalu ingin mencari yang lain, agar orang lain ikut dilibatkan dan kalau bisa dijadikan kambing hitam dalam sesuatu yang dilaksanakan, terutama yang buruk.
Setelah mereka memuaskan rasa ingin tahunya, lalu mereka sadar, yang mereka lakukan itu salah. Mereka menjadi semakin tahu tentang situasi dan keberadaannya. Mereka sadar bahwa mereka telanjang. Ketelanjangan artinya tidak berdaya, malu dan tidak bisa berbuat apa-apa selain harus menyembunyikan diri. Mereka kehilangan segala-galanya. Semuanya tersingkap.
Itulah titik awal keterpurukan generasi manusia dalam sejarahnya. Kehancuran itu terus terjadi dan terulang lagi sampai hari ini dengan modelnya yang lebih sadis dan bengis, sampai manusia saling memangsai, meniadakan kebebasan bahkan hidup orang lain.
Akar kejatuhan manusia pertama yaitu kesombongan. Keangkuhan yang membuatnya binasa. Ia ingin menjadi serupa dengan Allah. Inilah awal dan akar dari semua dosa yang terjadi dalam sejarah kejatuhan manusia. Hilangnya kerendahan hati, kerdilnya ketulusan dan matinya kejujuran membuat orang “semena-mena dalam hidup”.
Dosa pertama-tama terjadi dalam pikiran. Dia ada dulu dalam pikiran atau dipikirkan terlebih dahulu. Kalau dia sudah semakin sering dipikirkan, maka perlahan-lahan ia menjadi kenyataan dalam tindakan. Coba anda lihat saja, kesalahan atau dosa yang pernah anda lakukan? Narkoba, seks bebas, mencuri dan lain-lain? Semua itu, pertama-tama ada dalam pikiran atau terpikirkan terlebih dahulu, ya ‘kan?
Apa yang anda pikirkan menjadi apa yang anda katakan, dan apa yang ada katakan menjadi apa yang anda lakukan. Dan dengan apa yang anda lakukan, akhirnya menjadi karaktermu yang tak terbantahkan. Karena itu kontrol pikiran, jaga kata-kata dan bijaksana dalam melakukan sesuatu.
Dosa manusia pertama itu, terus ada sampai sampai saat ini. Orang sombong makin banyak. Orang angkuh makin meraja lela. Kuharapkan anda tidak, dan tetaplah rendah hati.
Kesaksian Rasul Paulus
“Di mana pelanggaran bertambah, di sana karunia menjadi berlimpah-limpah” (pelanggaran yang disadari, direnungkan). Dosa masuk ke dunia ini karena satu orang, demikian juga maut,(karena Adam). Kasih karunia dan anugerah Allah datang ke dunia ini juga karena satu orang yaitu Kristus (Rom 5:12.17-19). Dosalah yang membuat hidup manusia semakin kelam dan binasa. Karena itu, Allah sendiri mengutus PuteraNya untuk kembali membebaskan manusia dari kekejian dan siksaan dosa. Ia mengutus Yesus agar manusia selamat. Manusia kembali dipanggil Tuhan untuk berjalan dalam terangNya. Dia adalah matahari sejati, yang selalu menerangi kegelapan hidup manusia akibat dosa.
Yesus berpuasa selama 40 hari dan dicobai Iblis
Ada tiga cobaan yang dialami Yesus. Pertama: Ubah batu jadi roti. Tempatnya di padang gurun. “Jika Engkau Anak Allah, ubah batu ini jadi roti”. Yesus mengatasinya, dengan menegaskan manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Kedua: Menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah. Tempatnya Bait Allah Yerusalem. “Jika Engkau anak Allah jatuhkan diriMu ke bawah”…. Yesus mengatasinya dan menegaskan jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu. Ketiga: Menyembah Iblis. Tempatnya di atas gunung yang sangat tinggi. Iblis memperlihatkan kerajaan dunia dengan segala kemegahannya. “Semuanya itu akan akan kuberikan kepadaMu kalau Engkau sujud menyembah aku”Yesus mengatasinya, dan menghardiknya: enyalah engkau iblis. Sebab ada tertulis, engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau harus berbakti. Lalu Yesus pergi (Mat 4: 1-11).
Tiga cobaan yang dialami Yesus, adalah inti cobaan yang selalu akan dialami manusia. Wujudnya ada dalam “kuasa, harta dan kenikmatan”. Orang selalu terjeremus ke dalam tiga hal ini. Orang saling membunuh, saling memangsai, juga karena haus akan “kuasa, harta dan kenikmatan”.
Comments